TITASSTORY.ID, – Anggota Ditpolairud Polda Maluku, Aipda Semy Semoel Bakarbessy diketahui merupakan sosok yang selama ini menjadi memotivator untuk memotivasi masyarakat yang mendiami Kawasan Negeri Passo Air Besar, Kecamatan Baguala Kota Ambon, khususnya masyarakat di kawasan RT 037/ RW 008.
Keberhasilannya untuk memunculkan ide untuk membangun jembatan penyeberangan yang terbuat dari batang pohon kelapa yang kini melintasi sungai di kawasan Bumi Kandung Baguala merupakan buah karya bersama masyarakat yang berdampak pada kemudahan, khususnya mendukung akses di kawasan aliran sungai terbesar di Negeri Passo tersebut.
Dalam percakapan ringan dengan sejumlah masyarakat, saat akan menuju ke kediamannya, Bakarbessy rupanya cukup dikenal, bahkan namanya cukup familiar, tidak hanya karena merupakan anggota Polri namun lebih dari itu karena jiwa sosialnya yang sangat tinggi dan berbaur dengan masyarakat serta tak segan – segan berbagi ide dan hal – hal lainnya untuk kepentingan bersama.
Tidak hanya itu, Bakarbessy juga diketahui terlibat langsung dalam pelayanan keumatan sebagai bagian dari persekutuan gereja, khususnya jemaat GPM Passo Utara, Klasis Pulau Ambon Timur. Kemampuannya menyatukan presepsi pikir masyarakat dari latar belakang yang berbeda serta budaya dan kultur yang beragam karena merupakan kumpulan masyarakat homogen tentunya bukan hal mudah, namun karena niat tulusnya untuk mengabdi kepada negara dan masyarakat sehingga dirinya mendapat hati di kalangan masyarakat yang rata rata adalah masyarakat ekonomi lemah.
Semetara itu, Kepada Titastory.id, selasa (15/02/2022) di kediamannya, Anggota Polri dari Ditpolairud Polda Maluku yang berhasil diwawancarai menyampaikan bahwa dirinya tidak menyangka bahwa apa yang selama ini dilakukan menarik perhatian insan pers. Bahkan idenya untuk membangun jembatan bersama masyarakat walau hanya dari bahan kayu adalah karena ingin memudahkan masyarakat.
“ Yang pertama saya kaget karena apa yang dilakukan ini juga menyita perhatian insan pers, sebab selama ini yang saya lakukan adalah karena saya ingin masyarakat bisa terbantu, “ungkapnya.
Dia juga menjelaskan, bahwa alasan utama sehingga harus dibangun jembatan walau hanya dari bahan kayu adalah untuk memudahkan aktivitas dan itu sangat diperlukan seperti ke tempat ibadah, aktivitas pendidikan anak dan aktivitas ekonomi dan lain – lain.
“Terhadap hal itu, “ terangnya”, di tahun 2019 silam, Bakarbessy kemudian berinisiatif untuk membangun jembatan penyeberangan dimaksud. Keinginannya itu akhirnya terjawab setelah dirinya melakukan komunikasi dengan masyarakat sekitar dan itu disetujui. Karena ide cemerlang ini mendapat dukungan. Dalam kekurangan dan keterbatasan, jembatan tersebut akhirnya dapat dibangun dan digunakan, walau terkadang harus diganti atau diperbaiki karena hanya terbuat dari bahan kayu yang pada waktunya akan lapuk dimakan waktu.
Dia juga mengakui, perbaikan akan tetap dilakukan, apa bila banjir dan terhempas. Namun pria dengan pangkat 1 m di pundaknya ini sama sekali tidak terbesit merasa bosan. Padahal sebagai salah satu anggota Polri secara ekonomi terbilang cukup matang, memiliki kendaraan pribadi bisa saja melintasi jalan berbutas dengan aman, namun dia tetap masih memikirkan para tetangga yang sudah dianggap sebagai saudara dengan tetap memantau kondisi fisik jembatan, bahkan tidak segan – segan merobek isi sakunya untuk keperluan perbaikan.
Sementara itu, di tempat terpisah Sonya Sorluri, warga Negeri Passo Air Besar kepada wartawan mengungkapkan awalnya masyarakat jika ingin ke daerah seberang harus melintasi air sungai dengan tinggi mencapai paha orang dewasa, namun kini hal itu tidak terjadi lagi setelah dibangun jembatan alternatif yang dilakukan masyarakat baik pemuda dan kaum bapak, yang dikoordiner Aipda Semy Bakarbessy yang sudah dianggap sebagai sang inspirator di kawasan RT RT 037/ RW 008.
“ Setidaknya kami merasa nyaman, dan aman ketika melintasi kali atau sungai tersebut, walau itu jembatan alternatif namun sangat membantu kami sebagai masyarakat. Tentunya semua yang kami nikmati karena dorongan dan bimbingan dari Bapak Bakarbessy, ” tuturnya.
Senada dengan itu, Nyonya Lincy Ratumasa yang diwawancarai juga mengungkapkan kehadiran Aipda Semy Bakarbessy, sebagai inisiator dan memandu dimulai dari proses pembangunan, perawatan sehingga jembatan penyeberangan ini tetap digunakan.
“ Yang pasti jembatan ini telah digunakan sebagai salah satu akses untuk melakukan aktivitas peribadahan di gedung gereja, anak – anak ke sekolah, aktivitas ibu yang berbelanja dan sebagainya, ” jelasnya.
Untuk itu Ratumasa meminta adanya perhatian serius dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah negeri Passo, Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Daerah Maluku, terhadap kondisi masyarakat di Kawasan Passo Air besar. Lebih khusus keberadaan jembatan yang permanen, karena sebagai masyarakat mereka telah berupaya dalam keterbatasan. ( TS 02)