titastory.id,- peristiwa penganiayaan yang berujung kematian kembali terjadi terhadap pemuda Maluku di Pulau Jawa. Kasus penganiayaan berujung kematian ini menimpa para pemuda Maluku yang mengadu nasib mereka di Pulau Jawa.
Kejadian di Surabaya, tepatnya di tempat hiburan Paragon, 6 februari 2020, yang mana insiden ini berakibat hilangnya nyawa Glenn Puttiray.
Tak hanya itu, pekan kemarin, seorang pemuda penjual kopi keliling, merangkap tukang parkir di daerah Tangerang Banten, tepatnya kawasan tangerang city, dikeroyok oleh se-gerombolan ormas dan juga oknum anggota TNI.
Nyong Maluku, asal pulau Saparua Johan Titaley menghembuskan nafas terakhir 16 maret 2020. Almarhum meninggalkan seorang istri dan anaknya yang masih kecil.
Dan masih dalam suasana duka bagi anak Maluku, Firdaus Tutupoho ditemukan tewas mengenaskan di kamar kos di Tebet, Jakarta Selatan. Korban dibunuh dengan 13 luka tusuk di tubuhnya.
Dikutip dari media online detik.com selasa, 24 maret 2020 dengan judul “seorang pria tewas dengan 13 luka tusukan di tebet, diduga dibunuh” menjelaskan Seorang pria bernama Firdaus Tutupoho ditemukan tewas mengenaskan di kamar kos di Tebet, Jakarta Selatan.
Kapolsek Tebet Kompol Nur Alam menyebut peristiwa itu terjadi pada Selasa (24/3/2020), pukul 01.30 WIB dini hari. Korban ditemukan tewas di sebuah kosan di di Jalan Bukit Duri Tanjakan Gang 1, RT 11 RW 12, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
“Saat kejadian, korban bermalam di ruangan kosan teman wanitanya berinisial S,” kata Alam saat dimintai konfirmasi oleh detikcom, Selasa (24/3/2020).
Alam menyebut korban mengalami luka terbuka atau luka tusuk sebanyak 13 tusukan hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Menurutnya, korban meninggal dunia dikarenakan kehabisan darah.
“Diduga korban dibunuh,” katanya.
Polisi telah mengamankan terduga pelaku berinisial V. Saat ini V masih diperiksa di Polsek Tebet. Polisi masih menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan oleh polisi.
Kasus tersebut menambah deretan panjang penganiyaan dan pengeroyokan warga Maluku di Pulau jawa.
Fadly Adhi Tuhulele, Koordinator, Paparisa Perjuangan Maluku(PPM_95) mengecam tindakan yang dilakukan kepada masayarakat Maluku yang tinggal di Pulau Jawa.
Menurutnya kejadian penganiayaan tersebut tindakan premanisme serta diskriminasi rasis terhadap bangsa Maluku.
“Sebelum tiga kejadian ini, sudah banyak kejadian yang sangat melukai hati kita sebagai anak maluku, segala bentuk hinaan, diskriminasi, rasis yang di alamatkan kepada maluku,tidak pernah ditanggapi serius oleh pemerintah,bahkan laporan polisi berulang kali dibuat namun sungguh di sayangkan,semua itu hanya sebatas prosedur hukum yang tidak bermakna,sebab tidak ada tindaklanjutnya,” kesal Fadly
lanjut Fadhly, Terkait kejadian yang menimpa Titaley dan Latuhamallo, yang mana sudah menjadi konsumsi publik bahwa diantara para pelaku di duga ada terdapat aparat TNI, maka penegakan hukum harus transparan serta adil seadil adilnya.
“Janganlah membuat Maluku seperti bangsa yang bodoh, yang bisa seenaknya dimanfaatkan. Saya ingin sampaikan hingga detik ini maluku masih merupakan bagian dari NKRI, maka perlakukanlah Ambon sebagaimana warga negara lainnya,” tegas dia
Putra Asal Negeri Kulur, Pulau Saparua ini duga ada scenario yang memusnahkan suku bangsa Maluku.
“Jika ini tidak dilakukan maka saya khawatir akan ada interpretasi masyarakat bahwa jangan sampai ada skenario memusnahkan bangsa Maluku/Ambon di beberapa daerah, antaranya Surabaya, Jakarta, Banten,” katanya.
Sebelumnya papar Fadly, Kasus yang sama terjadi lagi, tepatnya pada kawasan fly over roxy Jakarta Barat. Kali ini menimpa pemuda ambon yang juga kebetulan seorang anggota TNI, mendapat perlakuan yang sama seperti johan dan juga Firdaus, dikeroyok dan diduga kuat dilakukan oleh sesama anggota TNI.
“Dengan pertanyaan awal tetap dengan pertanyaan yang sama “Kamu Ambon“. Bagi saya, TNI Ada bersama seluruh rakyat indonesia, dan TNI adalah bagian dari Rakyat indonesia. dan Maluku atau Ambon, masih merupakan bagian dari rakyat indonesia itu sendiri,” tandasnya.
Ketua PPM95 ini mengingatkan agar aparat kepolisian segera menyelesaikan kasus-kasus pembunuhan yang terjadi. Ditkuatirkan kasus tersebut akan berdampak pada masyarakat Maluku.
Menurutnya, semua wajib diproses secara hukum secara profesional dan transparan sebab rentetan kejadian, membuat sebuah kejanggalan di hati dan pikiran rakyat maluku.
“Jangan biarkan sejarah terulang dalam versi yang berbeda. Kesabaran ada batasnya. Jangan biarkan emosi kami meledak,” harapnya. (detik.com/titastory.id)
Discussion about this post