Korban Kembali Berjatuhan di Tambang Emas Ilegal Gunung Botak, Seorang Penambang Ditemukan Tewas dengan Luka Bacokan

15/07/2025
Jenazah korban. Foto : Ist

titastory, Buru – Lagi-lagi korban kembali berjatuhan di kawasan tambang emas ilegal Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku. Kali ini, seorang penambang ditemukan tewas secara mengenaskan dengan luka bacokan di beberapa bagian tubuhnya. Kasus ini kembali menyoroti maraknya kekerasan di lokasi tambang liar yang minim pengawasan dan penegakan hukum.

Korban diketahui bernama La Haji (42), warga Desa Waiheru, Kecamatan Baguala, Kota Ambon. Ia ditemukan tak bernyawa di Jalur E, Desa Persiapan Wamsait, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, pada Senin pagi, 14 Juli 2025.

Tubuh korban tergeletak di samping mesin penarik air (sancin) yang dijaganya, bersimbah darah dengan luka bacok di bagian leher, dada, dan perut. Kondisinya menandakan bahwa korban dibunuh secara brutal oleh orang tak dikenal (OTK).

Korban dalam kondisi tak bernyawa. Foto : Ist

Menurut keterangan saksi mata bernama Anto (32), rekan kerja korban, peristiwa tersebut diketahui sekitar pukul 06.30 WIT. Anto mendapat informasi bahwa suplai air di dompeng tempat mereka bekerja terhenti. Saat mengecek mesin penarik air yang berjarak sekitar 150 meter dari pemukiman warga, ia menemukan tubuh korban dalam kondisi mengenaskan.

“Saya langsung laporkan ke Pos TNI Pemantauan Jalur A,” kata Anto. Aparat bersama warga kemudian mengevakuasi jenazah korban ke rumah warga terdekat, sebelum dipulangkan ke keluarganya di Ambon pada malam harinya menggunakan transportasi laut.

Menariknya, barang-barang milik korban seperti telepon genggam, dompet, dan uang tunai sebesar Rp1,2 juta masih utuh di lokasi. Hal ini mengindikasikan bahwa motif pembunuhan bukanlah perampokan, melainkan diduga terkait konflik internal antarpenambang atau persaingan di area tambang.

La Haji diketahui bekerja di bagian mesin dompeng, namun belakangan ditugaskan menjaga sancin. Dalam struktur kerja tambang ilegal, posisi penjaga air menjadi sangat strategis dan kerap kali memicu konflik karena menyangkut kontrol atas distribusi air untuk aktivitas penambangan.

Kepala Humas Polres Buru, Aiptu MYS Djamaludin, membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan bahwa tim Reskrimsus Polres Buru bersama Polsek Waeapo telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

“Tim Reskrimsus masih berada di lokasi. Motif dari kejadian ini masih dalam penyelidikan,” ujar Djamaludin.

Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan di kawasan Gunung Botak, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tambang emas ilegal. Tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan, lokasi ini juga kian menjadi zona konflik berdarah. Minimnya pengawasan dan penegakan hukum membuat hukum rimba berlaku dan nyawa manusia tak lagi berharga.

Jika pembiaran terus terjadi, bukan tidak mungkin korban akan terus berjatuhan. Gunung Botak berpotensi berubah menjadi kuburan massal tanpa tanda, di mana nyawa hanya bernilai setara jalur air dan tumpukan pasir emas.

Penulis: Christian S.
Editor: Christ Belseran
error: Content is protected !!