Konflik Kian Meluas, Puluhan Perempuan dan Anak di Papua Tengah Kembali Mengungsi

24/06/2025
Potret warga sipil yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak dari Distrik Yugumuak dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan. Foto: Istimewa

titastory, Puncak Jaya – Rentetan kontak senjata antara Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB–OPM) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali memicu gelombang pengungsian di Papua Tengah. Kali ini, puluhan perempuan dan anak-anak dari Distrik Yugumuak dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

Berdasarkan unggahan di akun media sosial @knpbnews pada Selasa, 24 Juni 2025, terlihat kelompok besar pengungsi—mayoritas perempuan dan anak-anak—berjalan kaki menuju wilayah yang dinilai lebih aman, setelah konflik bersenjata memasuki kawasan permukiman warga.

Kontak tembak dilaporkan berlangsung sejak 22 Juni, dan hingga kini masih terus berlanjut. Pada Minggu sore sekitar pukul 15.50 WIT, suara rentetan senjata terdengar dari arah distrik Yugumuak, membuat warga ketakutan dan memutuskan mengungsi ke ibu kota distrik Sinak.

“Ratusan aparat militer telah dikerahkan dari Ilaga ke distrik Yugumuak dan distrik Sinak untuk menghadapi pasukan TPNPB-OPM. Namun kehadiran militer justru memperparah situasi karena warga merasa terancam dan memilih melarikan diri,” tulis akun @knpbnews dalam keterangannya.

Potret warga sipil yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak dari Distrik Yugumuak dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan. Foto: Istimewa

Juru bicara TPNPB-OPM, Seby Sambom, dalam pernyataannya mengonfirmasi bahwa sejumlah warga sipil telah meninggalkan kampung mereka di Yugumuak dan bergerak menuju titik-titik pengungsian di Tapulinik dan Gikobak.

“Masyarakat sipil di distrik Yugumuak telah mengungsi ke Sinak karena ketakutan menjadi korban dalam pengejaran terhadap pasukan TPNPB,” ujarnya.

Menurut Seby, operasi militer di wilayah tersebut kerap menyamakan warga sipil dan TPNPB-OPM sebagai satu kelompok, yang membuat warga rentan menjadi korban salah sasaran. Ia juga menuding tindakan militer Indonesia sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum humaniter.

Keterangan: Dua anak dari Distrik Yugumuak dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

Sebelumnya, Seby mengklaim bahwa pihaknya telah menembak tiga prajurit TNI dalam kontak tembak terbaru, namun klaim tersebut dibantah oleh Kepala Pusat Penerangan TNI yang menyebut pernyataan itu sebagai propaganda sepihak dari TPNPB-OPM.

Foto Mayor Amri Tabuni (kemeja biru-red) dan Sebby Sambom (mengenakan kaos garis-garis). Sumber Foto : Tempo.co/17 Juni 2025

Ancaman Humaniter yang Terus Berulang

Wilayah Papua, terutama Kabupaten Puncak dan sekitarnya, dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu titik panas konflik bersenjata antara aparat keamanan dan kelompok separatis bersenjata. Konflik yang berulang ini menimbulkan beban ganda pada masyarakat sipil—selain kehilangan tempat tinggal, mereka juga mengalami keterbatasan akses terhadap pangan, kesehatan, dan pendidikan.

Hingga saat ini, belum ada laporan resmi dari pemerintah daerah maupun Badan Penanggulangan Bencana terkait jumlah pasti pengungsi dan kondisi mereka di lapangan. Aktivis kemanusiaan mendesak negara untuk segera turun tangan dalam menjamin keselamatan dan hak-hak sipil masyarakat terdampak konflik bersenjata di Papua Tengah.

error: Content is protected !!