Kampung Bati, Seram Bagian Timur, Maluku: Mistik namun Eksotis

08/01/2025
Aprliska Latu, seorang pengunjung sedang mengabadikan fotonya di Puncak Kaimasak, Bati. (Foto:titastory/Christ)

titastory, Seram Bagian Timur – Puncak Kian Darat, sebuah hamparan alam yang masih perawan di Kecamatan Kian Darat, Kabupaten Seram Bagian Timur, memancarkan pesonanya dengan tenang, seakan menunggu para pelancong untuk datang dan mendengar bisikan rahasia yang disimpan angin di antara rimbunan pepohonan. Tempat ini bukan sekadar destinasi biasa—ia adalah sebuah perjalanan menuju ruang yang mistik, tetapi tetap memeluk eksotisme yang menggugah rasa ingin tahu.

Aprliska Latu, seorang pengunjung sedang mengabadikan foto di Puncak Kaimasak, Bati. (Foto:titastory/Christ)

Jalur menuju Perkampungan Suku Bati bukan untuk mereka yang sekadar ingin berjalan santai. Ini adalah rute yang menguji keteguhan hati dan kekuatan langkah. Setiap pijakan di tanah lembap, setiap tanjakan curam yang harus dilalui, menjadi bagian dari cerita yang akan terus diingat oleh para pengunjung. Namun, kelelahan itu perlahan sirna ketika suara gemericik sungai mulai terdengar, bercampur dengan harmoni nyanyian burung-burung liar yang seakan menyambut setiap pendatang.

Perjalanan ini seperti sebuah ziarah kecil ke dalam pelukan alam yang masih suci. Pohon-pohon besar menjulang tinggi, akar-akar tua melingkar seperti ukiran alami yang bercerita tentang waktu. Setiap embusan angin membawa aroma tanah basah dan dedaunan segar, menyejukkan paru-paru yang penuh dengan hiruk-pikuk dunia kota.

Gambar udara tutupan hutan di Gunung Bati, Seram Bagian Timur. (Foto: titastory/Christ)

Namun, di balik ketenangan itu, ada cerita tentang Suku Bati yang sering disalahpahami. Mereka kerap digambarkan sebagai suku yang penuh dengan nuansa mistis, bahkan tak jarang disebut dengan julukan yang meresahkan: “pemenggal kepala.” Padahal, kenyataannya jauh berbeda. Warga Bati adalah penjaga hutan yang hidup dalam keWarga Bati adalah penjaga hutan yang hidup dalam kedamaian, memelihara tradisi yang berpadu harmonis dengan alam. Mereka adalah simbol dari kesederhanaan yang penuh makna. Bertemu mereka seperti bertemu dengan halaman-halaman buku kuno yang penuh dengan kebijaksanaan.

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Bati Daun Kumis Kucing. (Foto titastory/Christ)

Kian mendekati puncak, destinasi yang dinanti pun muncul di hadapan mata: Puncak Kaimasak—sebuah tempat yang namanya berarti “Kayu Mati“. Meski namanya terdengar suram, puncak ini justru menawarkan keindahan yang memukau. Dari ketinggian, hamparan laut biru membentang luas, berpadu dengan garis pantai berpasir putih yang terlihat seperti lukisan tangan Tuhan. Perbukitan hijau yang berdiri kokoh seolah menjadi penjaga terakhir bagi rahasia pulau ini.

 

Di sini, waktu seakan berhenti. Langit jingga saat matahari terbenam dan keemasan ketika matahari terbit menjadi panggung alam yang sempurna. Semua kelelahan dari perjalanan panjang terbayar lunas di sini. Di tempat ini, setiap pengunjung akan merasa kecil di hadapan kebesaran semesta, tetapi sekaligus begitu utuh dan penuh dalam keheningan yang mendalam.

Foto udara perkampungan Bati Kilusi, di Kecamatan Kian Darat, Seram Timur. (Foto: titastory/Christ)

Perjalanan ke Puncak Kaimasak bukan sekadar tentang mencapai tujuan akhir. Ini tentang bagaimana kita meresapi setiap langkah, setiap nafas, dan setiap detik yang dilewati dalam perjalanan. Bagi mereka yang berniat buruk atau datang dengan hati yang tidak tulus, alam ini akan menjadi hambar, bahkan menolak kehadiran mereka. Namun, bagi mereka yang datang dengan hati yang terbuka, setiap sudut akan bercerita, setiap hembusan angin akan menyapa dengan ramah.

Salah satu kali (sungai) yang ada di dalam hutan Bati. (Foto: titastory/Christ)

Rute menuju Puncak Kaimasak bisa ditempuh dari Kecamatan Kian Darat atau Kecamatan Tutuktolu. Jalannya memang berliku, curam, dan menantang, tetapi di setiap kelokan, ada pemandangan yang akan membuat Anda lupa pada rasa lelah.

Sebagian warga mungkin menganggap keindahan ini sebagai sesuatu yang biasa, sebagai bagian dari keseharian mereka. Namun, bagi mata yang jarang melihatnya, setiap sudut adalah harta karun yang patut dijaga dan dihargai.

keindadahan salah satu tumbuhan khas Puncak Kaimasak (Foto: Akun facebook @Kufalam Kelsaba)

Puncak Kaimasak bukan hanya sekadar destinasi wisata. Ini adalah perjalanan spiritual, sebuah cerita tentang bagaimana manusia dan alam dapat hidup berdampingan dalam harmoni. Di sini, kita tidak hanya diajak untuk memandang keindahan, tetapi juga untuk merenungkan peran kita sebagai tamu di rumah alam ini.

Jadi, apakah Anda siap untuk melangkahkan kaki ke tanah yang mistik namun eksotis ini? Apakah Anda siap untuk mendengar bisikan hutan, menyentuh dinginnya embun pagi di Puncak Kaimasak, dan membawa pulang cerita yang akan terus hidup di dalam hati?

Langkah pertama selalu menjadi yang terberat, tetapi percayalah, di ujung perjalanan ini, keindahan akan menyapa Anda dengan senyum yang tulus.

 

Penulis: Ongen Pattihena

Editor: Christ Belseran

 

error: Content is protected !!