WILLIAM SAPTENNO, berdiri paling depan seratusan orang ke pantai. Suaranya lantang sambil memegang pengeras suara, sembari menuntun para peserta untuk menanam mangrove di pesisir Pantai Dusun Riang, Negeri Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku.
Tanpa menghiraukan panasnya matahari, para peserta menuju pesisir pantai untuk menanam sekitar 300 bibit mangrove. Lalu juga ada kegiatan kampanye, bersih sampah dan alunan musik Jukulele, (alat musik tradisional Maluku) yang dibawakan oleh anak-anak dari komunitas Soli Deo Gratia Ukulele.
Kemeriahan pagi itu adalah bagian dari aksi dari kegiatan #Amboina Coastal Care (peduli pesisir ambon) yang di laksanakan oleh American Corner Universitas Pattimura dan kolaborasi sejumlah komunitas lingkungan Ambon.
Di sana, tak hanya orang dewasa berjejeran mengambil bibit mangrove untuk ditanam. Jenis mangrove yang ditanam di Kawasan ini adalah Rhizophora stylosa.
Di sana juga terlihat puluhan anak PAUD juga turut berderet di tepi pantai untuk mengambil bagian dalam penanaman bibit mangrove di lokasi pesisir pantai Riang. Mereka terlihat gembira dan semangat. Karena saat penananaman mereka diiringi oleh lantunan lagu tradisional Maluku “Papa Ceda dan Hasa Pante”, dari komunitas Soli Deo Gratia Ukulele.
William Saptenno, Project Manager Amboina Coastal Care menyampaikan aksi penanaman mangrove sebagai salah satu dari sejumlah agenda besar yang terfokus pada lingkungan.
Kegiatan ini bertujuan menurut William, sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat umum dan pemuda untuk menjadi bagian dalam menjaga iklim. Selain itu, aksi ini bagian dari kampanye kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan mangrove di daerah pesisir, menjadikan mangrove sebagai pelindung daerah pesisir dari abrasi dan gelombang laut, merehabilitasi mangrove di kawasan alaminya, mengidentifikasi masalah yang dialami upaya pemeliharaan mangrove dan menentukan solusi bersama yang tepat dalam upaya pemeliharaan mangrove.
Aksi yang dimotori oleh American Corner Universitas Pattimura (Amcor Unpattii), menurut Wiliam, dilatarbelakangi oleh tingkat degradasi tinggi akibat pengikisan air laut di sejumlah kawasan di Pesisir Pantai Teluk Ambon.
Amboina Coastal Care (peduli pesisir ambon), adalah salah satu program yang melihat keberadaan daerah-daerah pesisir dalam satu agenda yakni penanaman mangrove, workshop, dan aksi melawan membuang sampah. Program ini adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari bulan januari hingga mei 2023, yang terdiri dari sosialisasi, kampanye, pembagian bibit pohon, penanaman bibit mangrove dan berakhir dengan podcast.
Diketahui Amcor Unpatti adalah salah satu mitra kerja sama antara Keduataan Besar Amerika dan Pemerintah Indonesia. American Corner adalah kemitraan US Embassy dengan Unpatti.
Amcor Unpatti menjadi wadah pemberitahuan mengenai informasi tentang Amerika Serikat, Informasi tentang Pendidikan di Amerika Serikat, informasi tentang budaya di Amerika Serikat, Alumni Program Bahasa Inggris.
Direktur American Corner Universitas Pattimura (Amcor Unpatti), Inggrit O. Tanasale, mengatakan program Amboina Coastal Care gelar aksi tanam bibit mangrove di Kawasan Pesisir Teluk Ambon diketahui merupakan program dengan fokus utama pada peningkatan kesadaran masyarakat kota terhadap pentingnya menjaga lingkungan pesisir serta restorasi hutan mangrove di Teluk Ambon.
Program ini, kata Inggrid, dipandang penting karena dalam keberadaan dan fungsinya hutan mangrove memiliki pengaruh positif untuk lingkungan di kawasan pesisir.
“Karena manfaat mangrove yang luar biasa itulah, American Corner Unpatti telah melakukan rangkaian kegiatan dalam proyek Amboina Coastal Care yang diawali dengan Sosialisasi, Talkshow, Workshop, Perlombaan, dan saat ini akan menjalankan seri final yaitu Penanaman Mangrove,” jelasnya.
Penanaman ratusan bibit mangrove untuk mengaktifkan kembali kawasan mangrove di area Pantai Riang, Desa Tawiri, tak dilakukan sendiri. Kegiatan ini, diinisiasi oleh American Corner Unpatti dengan menggandeng sejumlah pihak baik Pemerintah, Universitas, NGO, Komunitas, Lembaga Kemahasiswaan, Siswa-siswi SMP dan SMA.
Untuk kegiatan penanaman ini American Corner Unpatti juga berkolaborasi dengan komunitas lingkungan di Ambon, seperti Moluccas Coastal Care (MCC), Kewang Muda Maluku, Trash Hero Ambon, The Mulung, Green Moluccas, Beta Bank Sampah.
Ada juga komunitas music anak seperti Soli Deo Gloria Ukulele Group, PAUD Cinta Anak, serta masyarakat Dusun Riang Desa Tawiri.
Selain itu kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Pemerintah Kota Ambon dan Pimpinan dan Civitas Universitas Pattimura Ambon.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini kata Inggrid, adanya pemahaman bersama tentang pentingnya mangrove dan menyadari adanya masalah yang dihadapi dalam pemeliharaan mangrove. Selain itu adanya solusi praktis bagi semua pihak yang terlibat untuk mengambil peran dalam pemeliharaan mangrove di habitatnya.
Hal yang menyokong adalah, mencegah adanya abrasi pantai dan mencegah gelombang pasang serta penunjang ekosistem kawasan pesisir yang kaya akan sumber daya dan kehidupan biota laut.
Aksi penanaman mangrove di kawasan Dusun Riang, disambut baik oleh Pemerintah Kota Ambon. Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena dalam sambutannya mengatakan, keberadaan Mangrove sangat penting untuk menyokong kehidupan masyarakat pesisir.
Wattimena juga menjelaskan, mangrove juga memiliki nilai potensial dari segi ekonomis, yakni dapat dikembangkan sebagai Eco Tourism serta daun dan buah dan batang dapat dikelola sebagai sumber daya pangan bagi masyarakat setempat.
Dijelaskan, dengan adanya agenda ini dapat membuka pandangan dan kesadaran masyarakat wilayah pesisir terhadap keberlangsungan kawasan mangrove serta restorasi kawasan hutan mangrove di kawasan pesisir pantai Pulau Ambon lebih gecar dilakukan.
“Hal ini penting karena Mangrove diketahui memiliki aneka manfaat dan peran yang cukup krusial terhadap keberlanjutan lingkungan di mana mangrove diyakini memiliki manfaat untuk menstabilkan garis pantai, mengurasi erosi dari gelombang badai, arus, ombak dan pasang surut,” ucapnya.
Dia juga menjelaskan, sistem akar mangrove yang rumit juga membuat hutan ini menarik untuk ikan dan organisme lain yang mencari makan dan berlindung dari predator.
“Pemerintah Kota Ambon sangat mengapresiasi kegiatan posistif yang diinisiasi oleh American Corner Universitas, semoga hal yang baik ini dan terus dilakukan dan dapat memberikan manfaat lebih untuk ekosistem, lingkungan serta keseluruhan wilayah Kota Ambon,” ungkap Pejabat Walikota Ambon ini.
Dia berharap agenda ini tidak semata merupakan agenda seremoni tetapi ini akan menjadi komitmen dan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab bersama. Dia yakin jika agenda penanaman ini berhasil tentunya akan menghasilkan ekosistem air yang bersih dan sehat dan bisa berpotensi pada sumber pendapatan, peningkatan pengembangan pariwisata dan manfaat lainnya.
Dia berharap warga Dusun Riang untuk tetap menjaga kawasan mangrove sehingga kelak bisa membawa dapat positif untuk generasi selanjutnya.
“Butuh komitmen dan kemauan keras untuk menjaga mangrove, karena hal ini akan memberikan dampak baik untuk lingkungan dan manusia, lebih khusus masyarakat setempat,” ajaknya.
Senada dengan itu, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Pattimura, Prof. Fredi Leiwakabessy, menyatakan aksi penanaman mangrove di Kawasan Pantai Dusun Riang, Negeri Tawiri tentunya didasarkan pada adanya keprihatinan atas terjadinya degradasi yang cukup tinggi.
“Oleh sebab itu, dengan adanya kolaborasi semua pihak yang peduli terhadap lingkungan dan mendapat dukungan dengan adanya program Amboina Coastal Care akan memberikan ransangan untuk lebih menjaga kawasan pesisir,” kata Guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unpatti Ambon ini.
Dia juga menerangkan, aksi penanaman ini pun sesuai dengan salah satu program Fakultas Pertanian, lebih khusus pada Program Studi Budidaya Pertanian dalam mengatasi tingkat Degradasi di Laut pun di Darat.
Menyinggung tentang mangrove, Leiwakabessy menekankan bahwa Mangrove adalah tempat hidup biota laut, dan akan berdampak positif untuk manusia lebih khusus untuk warga sekitar sehingga apa yang dilakukan dengan aksi penanaman mangrove harus tetap di jaga.
“Mangrove itu penting untuk lingkungan, dan manusia,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappekot) Ambon, Enrico Matitaputty menerangkan ada harapan bahwa penanaman mangrove pun bisa dilakukan di kawasan Pantai Amahussu, Kecamatan Nusaniwe, kota Ambon. Bahkan dirinya mengakui telah membangun komunikasi dengan sejumlah pihak agar kawasan – kawasan yang dianggap genting terkena dampak degradasi untuk dipulihkan.
“Ada sejumlah kawasan yang harus dihijaukan dengan manggrove salah satu di kawasan Pantai Amahusu,” ucapnya.
Di saat yang sama, Eks Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini juga menyinggung terkait kondisi mangrove di kawasan Pantai Poka, tepatnya di depan PLTD PLN Desa Poka. Dia menyampaikan harus diakukan penelitian atas kerusakan yang ada, dan patut dikeluarkan rekomendasi.
“Perlu ada penelitian dan harus dikeluarkan rekomendasi atas kerusakan yang terjadi,” tegasnya.
Dia juga menyampaikan, persoalan kewenangan kawasan pesisir ada pada Pemerintah Provinsi Maluku dan terkait pemanfaatan tentunya harus ada analisa amdalnya. Namun sebagai pihak yang memiliki kewenangan atas berdirinya bangunan maka tentunya akan tetap dikaji, dan tentunya tidak akan diizinkan jika bangunan yang didirikan berdampak pada kawasan pesisir lebih khusus areal mangrove.
“Tidak dipungkiri areal mangrove kian berkurang di Kota Ambon, sehingga perlu ada pembenahan lagi, dan salah satu cara adalah mengontrol pendirian bangunan lewat izin atau IMB, dan banyak IMB yang harus kami pending,” tegasnya.
Berkaitan dengan pembudidayaan kawasan mangrove, Matitaputty pun menegaskan pemilik kuliner yang sudah berada di kawasan mangrove atau daerah pesisir wajib untuk menanam mangrove sebagai konsekuensi untuk bersama pemerintah untuk menjaga kawasan pesisir.
“Pemilik kuliner seperti di Pantai Kelurahan, Lateri, Negeri Halong, Baguala, Kota Ambon akan diarahkan untuk wajib untuk menanam mangrove,” ujarnya.
Untuk diketahui, hutan mangrove adalah salah satu jenis hutan yang banyak ditemukan pada kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi salah satu solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat untuk hewan.
Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga untuk manusia. Mangrove telah menjadi pelindung lingkungan yang sangat besar. Dikutip dari sejumlah referensi tentang hutan mangrove dijelaskan bahwa hutan mangrove menjadi salah satu subjek utama bagi pengembangkan lingkungan di Indonesia.
Banyak lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan terus mensosialisasikan manfaat mangrove. Hal ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove memang penting untuk melindungi lingkungan. Melestarikan kawasan mangrove adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove.
Manfaat mangrove bagi lingkungan sekitar tempat tumbuhnya yaitu dapat memberikan nutrisi, sebagai mata rantai makanan, menjernihkan air sekitarnya, melindungi pantai dari abrasi bahkan mengurangi kekuatan gelombang tsunami, menjadi katalis tanah dari air laut, habitat perikanan, mencegah pemanasan global, menjaga kualitas air dan udara, pengembangan kawasan wisata alam dan menjaga iklim dan cuaca. Kawasan mangrove dapat ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk juga di sejumlah pesisir sekeliling Pulau Ambon.
Ancaman Mangrove di Ambon
Daniel Pelasulla, Peneliti BRIN Ambon disela-sela penanaman mangrove menyatakan prihatin dengan mangrove di teluk ambon yang semakin hari mengalami terdegradasi. Hal ini selain karena alih fungsi lahan, namun masalah lainnya adalah pencemaran.
Menurut Daniel, Berdasarkan riset Frist Rumahuni pada tahun 1998, sebagian teluk Ambon bagian dalam dan luar, luas hutan mangrove kurang lebih 49 hektar. Pada tahun 2008, jumlah luas makin berkurang karena kepentingan pembangunan baik bangunan yang dibangun oleh pemerintah maupun swasta.
“Pembangunan talud misalnya, di sektor swasta ada bangun kafe atau rumah makan dan juga pemukiman lahan itulah terjadi degradasi ekosistem itu turun sampai 33 hektar itu tersisa,” terangnya.
Belakang ini menurut Dia, rehabilitasi hutan mangrove dan rehabilitasi terumbu karang ini karena adanya rehabilitasi yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh masyarakat LSM atau pemerintah dibeberapa kawasan pesisir pantai maka naik sedikit menjadi 39 hektar itu sudah termasuk yang baru-baru tanam.
Dengan tersisa 39 hektar, dia berharap, hutan mangrove bisa dijadikan menjadi kebun raya mangrove teluk ambon dan race area untuk memicu ekowisata.
“Kafe-kafe akan tumbuh, dan tidak lagi sampah di laut, karena kesadaran mereka akan menjaga karena sektor ekonomi akan tumbuh akan menarik banyak tenaga kerja disitu akan memberikan kontribusi disisi ekonomi yang sangat besar”
Lanjutnya, Daniel berharap adanya pembangunan berkelanjutan. Di teluk ambon ini menurutnya harus dijadikan ruang model.
“Jarang kita temukan bahwa ada teluk dijadikan ruang model pembangunan di Indonesia sehingga penataaan teluk ambon secara baik dan itu menjadi tempat menjadi orang belajar dan itu keinginan saya, sebelum terlambat hutan itu hancur”
Willem Talakua, peneliti valuasi ekonomi ekosistem hutan mangrove di wilayah pesisir pantai kota Ambon dalam hasil penelitiannya menuliskan wilayah pesisir pantai kota Ambon terdapat luasan hutan mangrove mencapai± 64,3160 ha dengan panjang garis pantai berdasarkan kawasan mangrove ±8.951 m yang tersebar di negeri/desa: Laha, Tawiri, Poka, Hunut, Waiheru, Nania, Passo, Negeri Lama, Lateri, Latta, Halong, Rutong dan Leahari.
Vegetasi mangrove yang terkonsentrasi di pesisir pantai negeri Laha dan Tawiri terdiri atas jenis Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. Mucronata dan Bruguiera. Di pesisir perairan pantai desa Poka terdiri atas Sonneratia alba, Aviceniamarina, Rhizophorastylosa, R. Mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzeralittorea, dan Ceriopstagal.
Dipesisir pantai desa Hunuth sampai kedesa Waiheru, Nania, dan Negeri Lama terdapat mangrove dari jenis Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. mucronata, Bruguieragymnorrhiza, dan Lumnitzeralittorea. Dipesisir pantai negeri Passo dan desa Lateri, terdiri atas Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. mucronata, Bruguieragymnorrhiza, Lumnitzeralittorea, Ceriops tagal, Aegicerascorniculatum, Nypafruticansdan Acanthus ilicifolius. Dipesisir pantai desa Latta dan Halong terdapat komunitas mangrove yang terdiriatas Rhizophora stylosa, R. mucronata, dan Avicenia marina. sedangkan di pesisir pantai desa Rutong –Lehari terdapat spesies yang dominan yaitu Sonneratia alba, Aviceniaspp, Rhyzophorastylosa, dan Rhyzophoramucronat.
Keberadaan hutan mangrove ini selain memberikan manfaat fisik dan ekonomi juga manfaat biologis sebagai penyedia pakan (feeding ground) dalam system rantai makanan. Kondisi ini terlihat dari banyaknya beroperasi kegiatan penangkapan ikan, maupun kegiatan bameti dan balobe oleh masyarakat setempat. Dijumpai pula beberapa spesies sumberdaya fauna bentik bernilai ekonomis penting seperti kepiting bakau (Scyllaspp), rajungan (Portunuspelagicus), udang windu (Penacusspp), juga beberapa spesies moluska, seperti kerang dara (Anadara antiquate), dan tiram bakau (Saccostreasp dan Crassostreasp).
Discussion about this post