Ini Penjelasan Ketua Klasis GPM Pulau Ambon, Terkait Polemik Jemaat GPM Kategorial PNIEL Bentas – Kodam XV/Pattimura

03/02/2025
Ketua Klasis Pulau Ambon saat memberikan penjelasan terkait insiden di Jemaat GPM PNIEL Bentas. Foto : Ed

titastory, Ambon – Polemik yang terjadi di Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Kategorial Benteng Atas (Bentas), Klasis Pulau Ambon adalah akumulasi dari miss-komunikasi dan tidak adanya persamaan presepsi terkait jemaat Kategorial dalam pandangan GPM.

Ketua Klasis GPM Pulau Ambon, Pdt. W.A. Beresaby kepada media, pekan kemarin menjelaskan, sebelum polemik jemaat GPM Kategorial Pniel Bentas menjadi viral di media dan media sosial, pihak Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM telah berinisiatif untuk melakukan audiens dengan Panglima Kodam XV/Pattimura.

Tujuannya adalah untuk menyamakan presepsi terkait kedudukan dan nomenklatur jemaat- jemaat kategorial yang ada dalam lingkup Pelayanan GPM, baik Jemaat GPM Kategorial TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU, dan kategorial khusus Ho Kim Tong, karena berlatar belakang budaya.

Ketua Klasis Pulau Ambon saat memberikan penjelasan terkait insiden di Jemaat GPM PNIEL Bentas. (Foto: titastory/Ed)

 

Sayangnya, keinginan audiens itu diakui pdt Beresaby belum bisa terwujud, karena Panglima Kodam sementara melakukan tugas penting lainnya.
Namun dari hasil pertemuan antara pihak gereja dengan Kabintal Kodam Pattimura, ternyata ada terjadi miskomunikasi.

Dimana Jemaat GPM Pniel adalah jemaat kategorial, yang dalam pelaksaan pelayanan antara Kodam XV/Pattimura secara institusi hanya ada pada tataran koordinasi.

“Akan ada kesepakatan dalam kaitan dengan MoU sehingga antara institusi akan saling berkoordinasi dan menjalankan perannya masing-masing, karena yang lebih penting adalah pelayanan di Jemaat,” ujarnya.

Lebih jauh Pdt Beresaby menjelaskan, dari hasil pertemuan dengan pihak Kodam Pattimura melalui Kabintal , pernah dikeluarkan Sprint untuk menugaskan oknum pendeta yang diketahui adalah istri salah satu anggota TNI, untuk bertugas melayani jemaat gereja Pniel Bentas. Penunjukan ini ditolak oleh jemaat, yang lebih menginginkan penunjukan pendeta dilakukan oleh Sinode GPM. Sprint penugasan itu akhirnya dibatalkan karena adanya penolakan.

Sebaliknya, pihak Sinode GPM juga sebelumnya telah menugaskan salah satu pendeta untuk menjadi ketua majelis jemaat Pniel Bentas, Disini ada  miskomunikasi, kata Pendeta Beresaby, sudah diselesaikan.

“Jadi Nomenklaturnya Jemaat Pniel Bentas adalah Jemaat GPM Kategorial TNI-AD. Dimana jemaat Kategorial dalam pandangan GPM adalah jemaat yang tumbuh dan berkembang pada wilayah khusus. Soal Penolakan Pendeta yang ditunjuk oleh pihak Kodam telah terselesaikan,“ terangnya.

Setelah adanya reaksi dari jemaat, Pendeta Beresaby menegaskan, gereja Pniel Bentas adalah 100 persen jemaat GPM.

Ia menduga, persoalan yang terjadi di dalam gedung Gereja Pniel Bentas diduga kuat karena ketidakpahaman atau gagal pahamnya oknum tertentu sehingga menciptakan sedikit insiden yang tidak seharusnya. Pada prinsipnya GPM dan TNI akan menjalin kerjasama.

“Kami minta kesalahpahaman ini tidak berlarut -larut, sehingga dimanfaatkan pihak- pihak yang tidak bertanggung jawab. Umat untuk menahan diri berikan kesempatan kepada pimpinan gereja untuk menyelesaikan,”pungkasnya.

Penulis : Redaksi

error: Content is protected !!