Hujan Hambat Pencarian Korban Banjir Bandang di Kota Ternate

by
29/08/2024

titastory.id, ternate – Upaya pencarian korban hilang akibat banjir bandang hingga kini masih terus dilakukan oleh tim gabungan Basarnas di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, pada Rabu (28/7). Hingga saat ini, satu warga masih belum ditemukan sejak bencana tersebut terjadi pada Minggu dini hari kemarin.

Tim gabungan yang dipimpin oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memulai pencarian di lokasi terdampak pada Rabu (28/7) pagi sekitar pukul 07.30. Operasi pencarian diawali dengan penurunan dua ekor satwa K-9 milik kepolisian. Namun, upaya identifikasi lokasi korban hilang oleh satwa tersebut belum membuahkan hasil.

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengatakan bahwa operasi pencarian hari ini dihentikan sementara demi keamanan dan keselamatan petugas. Hujan yang turun di bagian hulu menyebabkan aliran air yang membahayakan petugas di lapangan. Para personel gabungan yang dilengkapi alat berat akan melanjutkan pencarian pada esok hari.

 

Hingga hari ini, Posko Penanganan Darurat Banjir Bandang Kelurahan Rua mencatat 18 korban meninggal dunia. Mereka yang mengalami luka-luka telah mendapatkan perawatan medis dari tim kesehatan setempat. Sebanyak 150 jiwa mengungsi di SMK 4 Kastela untuk sementara waktu.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pasca banjir masih memberikan pendampingan operasional Posko yang berlokasi di Kantor Wali Kota Ternate. Dengan pengaktifan organisasi tanggap darurat ini, penanganan diharapkan berjalan secara optimal.

Pendampingan BNPB dalam fase tanggap darurat mencakup administrasi pemanfaatan dana siap pakai (DSP), manajemen gudang logistik, penyajian data dan informasi, serta pemetaan spasial. Rapat koordinasi Posko di hari kedua ini dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat Brigjen TNI Lukmansyah dan Deputi Bidang Logistik dan Peralatan Dr.Lilik Kurniawan.

Untuk pemetaan spasial, BNPB melalui Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan bersama Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana mengerahkan personel dan drone untuk memotret kawasan terdampak, termasuk kondisi hulu, aliran material bebatuan, dan topografi setempat. Analisis spasial ini akan digunakan sebagai rekomendasi dalam penentuan relokasi atau mitigasi bencana.

Deputi Bidang Logistik dan Peralatan menekankan perlunya analisis komprehensif terkait relokasi, termasuk persoalan sosial. Warga yang tidak terdampak namun berada di kawasan bahaya sering enggan untuk relokasi, menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk memberikan pemahaman risiko kepada masyarakat agar mereka bersedia pindah.

“Warga yang memiliki rumah yang masih utuh di kawasan bahaya seringkali enggan dipindahkan. Ini merupakan persoalan sosial,” ujar Lilik.

Lilik menambahkan pentingnya kajian dan komunikasi yang melibatkan tokoh masyarakat dan agama dalam desain program relokasi untuk solusi berkelanjutan.

Terkait manajemen gudang logistik, BNPB memberikan penjelasan kepada BPBD Kota Ternate mengenai tata kelola, termasuk pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang serta penataan logistik. Pendampingan BNPB juga meliputi administrasi pemanfaatan DSP yang akuntabel. (TS-01)

error: Content is protected !!