Hasil Telaahan Pembayaran Lahan RSUD Haulussy Diduga Rugikan Negara, Pemprov Maluku Salah Bayar ?

by
15/12/2023

titaStory.id, ambon – Telaahan oleh Biro Hukum  Setda  Maluku tanggal 15  November 2022 terkait Status   Hukum  Pembayaran  Sisa  ganti  Rugi Tanah   RSUD dr.  Haulussy kuat dugaan akan merugikan negara. Indikasi tersebut lantaran telaahan putusan  dengan dasar (1) Putusan    Pengadilan   Negeri    Ambon    Nomor     107 /Pdt.G/2021/PN.Amb, tanggal    22   April   2022    jo   Putusan   Pengadilan  Tinggi   Ambon    Nomor 35/Pdt/2022/PT.Amb,   tanggal 10  Agustus 2022. (2)  Surat   Adolof  Gerrit   Suryaman,   S.H.M.H   Kuasa    Hukum    Yohanes  Tisera Nomor  007 / AGSP/X/2022,   tanggal   12 Oktober   2022,   perihal   Permohonan Kelanjutan  Pembayaran   RSUD   dr.   Haulussy  Ambon   kepada   Gubernur Maluku. (3)   Putusan   Pengadilan  Tingkat  Pertama   Nomor   38/Pdt.G/2009/PN.AB  jo Putusan                   Pengadilan   Tinggi                Banding   Nomor    18/PDT/2011/PT.MAL     jo Putusan    Kasasi   MARI Nomor   1385   K/PDT/2013  jo  Putusan  Peninjauan Kembali (PK) MA RI Nomor 512  PK/PDT/2014. (4)   Surat  Ketua  Pengadilan   Negeri Ambon    Nomor  W27- Ul/  1679/PS.00/IX:/2018,  Perihal  Penjelasan Hukum,  tanggal  21 September 2018. (5)Akta  Notaris   Rostiaty   Nahumarury,  SH  No.  04  tanggal        19  Januari  2019, tentang   Jual  –  Beli antara   Pemerintah  Provinsi Maluku dan  Yohanes Tisera alias  Buke.

Bukti telaahan yang dikantongi media ini, point 2 tentang fakta Yuridis, pihak Biro Hukum menerangkan, Berdasarkan          dokumen, dan setelah   dipelajari   dan diteliti  terdapat  fakta Juridis yaitu, 1. Pengadilan  melalui   Putusan   sebagaimana   angka    1   dan   angka   3  diatas, telah    berkekuatan    hukum      tetap    (inkracht   Van   Gewijsde)   Menyatakan, menegaskan Penetapan    Objek   Sengketa  adalah  milik   Johanis Tisera alias  Duke  serta   berhak    menerima  ganti   rugi   atas  Obyek  Sengketa. Telahaan ini pun diperkuat atau ditegaskan sesuai  Pertimbangan dalam Putusan yang  menjadi Objek  Sengketa adalah perluasan Kompleks    RSUD   dr.Haulussy    Ambon    yakni     Infrastruktur Kesehatan   berupa   Bangsal .Al  .Mayat,Bangsal Sakit Jiwa, Asrama Putra Putri, Sekolah Perawat dan Perumahan Dokter.

Berdasarkan  Putusan  tersebut    Pemerintah    Provinsi     Maluku   telah melakukan Pembayaran  Ganti  Rugi Perluasan  Kornpleks  RSUD dr. Haulusy Ambon  diawali  dengan   Pengukuran  oleh Kantor   Pertanahan   Kota   dan   Mengeluarkan   Peta   ikhtisar   RSUD   dr. Haulussy, sesuai  keterangan  fisik lokasi,  pada objek (1) BAPELKES dengan luas,  3.557  M2 (2) Jalan  Raya Luas    1.097   M’ (3) Rumah  BANK luas  721  M2, 4) RSUD Haulusy luas 15.645  M1, (5) Sekolah SPK dan  Asrama Putra-Putri luas 7.309  M2, (6) Kamar Mayat Lama luas 392  M2,  (7) SAL Gila  Lama luas 1.007  M2,  (8) Bak Air Lama luas 574 M2, (9) Rumah  Dinas Dokter dengan  1.342  M2, (10) dan  Tanah Hibah  seluas 12.000  M2.

Dimana dari objek atau lokasi dengan luas 31.644   M2, dan  lokasi yang yang diklaim  dan diajukan Pembayaran oleh Yohanes Tisera  alias Buke  adalah angka  pada angka 1 dengan angka 9 dengan  total  luasan   31.880  M2. Tindaklanjutnya  dilakukan penghitungan oleh   KJPP   serta    Kesepakatan   Bersama   antara Johanes  Tisera  dengan   Pemerintah Provinsi  Maluku  dengan Hamin  Bin  Thahir selaku  Sekda  Maluku melalui  Akta Notaris  Nomor 04 tanggal  06 Maret  2019. Dasar Akta  Notaris  a  quo  telah   melalui tahapan : (a)   Penetapan Nilai Ganti  Rugi dengan  luasan   tanah   ± 31.880   M2    dengan total ni1ai ganti rugi Rp.  49.987.000.000, (b)  Pembayaran Tahap  Pertama sebesar  Rp 10.000.000.000, (c)   Pembayaran Tahap  Kedua sebesar  Rp.  3.000.000.000, (d)  Pebayaran Tahap  Ketiga sebesar  Rp. 5.329.000.000, (e)   Sisa Pembayaran Rp. 31.658.000.000.

Namun demikian, atas  Perbuatan  hukum    pembayaran  sebagaimana  angka 6  adalah    sah   dan berharga  dimata   hukum    karena    didasarkan   pada Putusan   yang   telah berkekuatan hukum   tetap,  namun  pengaturan pada Akta  Notaris  terdapat beberapa  hal  yang   tidak   sesuai   yang   memiliki implikasi  cacat   hukum dan/  atau  batal  demi hukum  Akta Notaris  dimaksud, yakni (1)   Luasan   tanah   yang  menjadi Objek  Ganti   Rugi  dalam   Akta  Notaris   di tulis  dengan   simbol  ±  tidak   pasti   serta   adanya  ketidaksamaan  objek ganti   rugi   pada    Akta    Notaris    dan    objek    sengketa   pada    Putusan Pengadilan. (2)   Batas-batas objek  Ganti  Rugi yang  diatur   dalam   Akta  Notaris   berbeda dengan  fisik lapangan. (3)   Nilai ganti  rugi  menggunakan  hasil   negosiasi  dengan   beracuan   pada harga  tanah  saja. Bahwa     terhadap    kondisi hukum tersebut,             maka    terdapat              cacat administrasi dalam  proses   pendahuluan   Ganti  Rugi  Perluasan   Kompleks RSUD dr.   Haulussy dapat   menimbulkan  potensi   kerugian  negara,   sehingga harus    dilakukan  perbaikan  dan  atau   pembaharuan   atas   perbuatan administrasi ganti   rugi, sesuai  berpedoman   pada   Ketentuan  Peraturan   tentang  Pengadaan    Tanah untuk      Kepentingan       Umurn, sehingga ditindaklanjutnya   dalam   rangka  perubahan atau pembaharuan  maka dilakukan pencocokan  dengan tahapan, (a)    Melakukan    Pencocokan   dan/atau   kesepakatan  atas  Objek  Ganti   Rugi yang  wajib  didasarkan   pada  Maleri  perkara/pertirnbangan   Putusan.  (b)   Melakukan   Penetapan  Objek Ganti  Rugi dengan Keputusan   Gubernur. (c)    Melakukan    penghitungan   atas   Objek   Ganti   Rugi   oleh   Kantor   Jasa Penilai Publik. (d)   Membuat   Berita   Acara  Kesepakatan   nilai   ganti   Rugi  alas   objek  ganti rugi.(e)   Menetapkan    Keputusan    Gubernur   tentang  Besaran   Nilai  Ganti   Rugi Objek Ganti  Rugi. (f)    Membuat  dan  Menandatangani  Addendum   Akta  Notaris   04  tanggal 06Maret 2019. (g)    Melakukan pembayaran  kepada   pihak  berhak   atas  ganti  rugi. Dan bahwa  perbuatan  administrasi  tersebut  diatas   dapat   dilakukan  didahului dengan   Berita   Acara   Kesepakatan   yang   ditandatangani    oleh   Pemerintah Provinsi  Maluku   dengan   Yohanes Tisera  alias  Buke   sebagai Pemilik  Objek ganti rugi.

Terhadap hasil telaan tersebut, infromasi yang diperoleh media ini, terkait perkara nomor 62 tahun 2015 yang menegaskan tentang Surat Penyerahan tanggal 28 Desember 1976 yang indikasi pemalsuan pada hari dan tanggal tidak bersesuaian. Bahkan kuat dugaan Putusan Pengadilan yang dimiliki Yohanes Tisera dalam perkara nomor 38  Tahun 2009 jo nomor 18 Tahun 2011 jo perkara nomor 4385 K tahun 2013 dan 512 PK tahun 2014 adalah putusan yang bersifat deklaratoir ( non executable ).

Suarat Penyerahan Tanggal 28 Desember 1976 ( bukti surat cacat hukum )

Mengutip Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan dalam Lingkungan Pengadilan Edisi 2007 yang ditandatangani pada tanggal 29 Juli 2007 oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Bagir Manan halaman 104 tentang penjelasan putusan non executable yang menerangkan, Suatu putusan yang telah berkekuatan tetap dapat Ketua Pengadilan Negeri,,dinyatakan non eksekutabel oleh Ketua apabila  (a) Putusan yang bersifat deklaratoir dan konstitutif. b. Barang yang akan dieksekusi tidak berada pada Tergugat / Termohon eksekusi, (c ) barang yang akan dieksekusi tidak sesuai dengan barang yang disebutkan di dalam amar putusan, (c) Amar putusan tersebut tidak mungkin untuk dilaksanakan, (e)  Ketua Pengadilan Negeri tidak dapat_ menyatakan suatu putusan non eksekutabel, sebelum seluruh proses/ acara eksekusi dilaksanakan, kecuali yang tersebut pada butir a yaitu,  Penetapan non eksekutabe l harus didasarkan Berita Acara yang dibuat oleh juru sita yang diperintahkan untuk melaksan akan (eksekusi) putusan tersebut  dilaksanakan.

Sementara itu, sesuai bukti pernyataan yang dibut dan ditandatangani oleh Amelia Like Andries (63)  yang  adalah anak adat Negeri Urimessing yang kini telah dinyatakan bebas setelah menjalani hukuman dalam Kasus Korupsi yang melibatkan Pemerintah Kota Ambon.

Tertulis Andries menerangkan,  sebagal warga masyarakat yang sadar hukum dan tidak ingin lagi melakukan
pelanggaran hukum, maka dirinya menyatakan bahwa, berdasarkan apa yang dia ketahui sejak orang tuanya, masih hidup,  1. Bahwa Tanah Dusun Dati Pohon Katapan adalah milik Negeri Urimessing dan terletak di
wilayah Kampung Wara/Kramat Jaya dengan batas-batas sebagai berikut
a. Sebelah Utara berbatas dengan Dusun Dati Loleua milik keluarga Alfons
b. Sebelah Selatan berbatas dengan Dusun Dati Batutangga milik Negeri Urimessing
c. Sebelah Timur berbatas dengan Dusun Dati Eeung milik keluarga Alfons
d. Sebelah Barat berbatas dengan Dusun Dati ntjepuang milik keluarga Alfons

Bahwa lokasi berdirinya RSUD Dr Haulussy Kudamati Ambon, benar berada dalarm Dusun
Dati Kudamati milik keluarga ahli waris yang sah dari almarhum Jacobus Abner Allons
mantan Raja Negeri Urimessing keturunan garis lurus dari almarhum Moyang Jozias Alfons
Kepala Soa Negeri Urimessing. Dalam pengakuan tertulis Andries dirinya menarik diri dan tidak lagi mengklaim atas kepemilikan Dusun Dati Pohon Katapang dalam Petuanan Negeri Urimessing (TS 02)

 

error: Content is protected !!