titastory.id, bogor – Tangis keluarga pun pecah saat keranda jenazah almarhum Hariadi Kartodiharjo digotong keluar dari rumahnya ke mobil jenazah, minggu (2/6/2024) siang. Isak tangis juga terlihat datang dari kerabat dan sahabat alhamarhum.
Suasana duka menyelimuti keluarga Hariadi Kartodiharjo yang merupakan Guru Besar di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) University.

Dari pantauan media ini di lapangan, kediaman almarhum yang berada di di kawasan Jalan Raya Civor, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, ramai dikunjungi oleh para pelayat yang berdatangan, mulai dari keluarga, kerabat dan sahabatnya dari berbagai sejumlah lembaga. Di depan dan samping rumah almarhum terlihat puluhan ucapan duka.
Sebelum dimakamkan di TPU Loji Taman Makam Rimbawan, jenazah almarhum Hariadi dishalatkan di Masjid Al Fithrotus Syafi,iyah, Kelurahan Bubulak, Bogor Barat.
Reza Kartodiharjo putra sulung almarhum mengawali sambutan mewakili keluarga mengatakan almarhum menutup usia atau meninggal sekitar pukul 04.45, minggu subuh. Almarhum kata Reza, dalam kondisi baik. Bersama ibunya, istri almarhum, Reza bilang sempat makan bersama pada sabtu (01/06) malam, namun kondisinya tiba-tiba memburuk pada minggu subuh, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
“Innalillahi wa inna illaihi rojiuun, Innalillahi wa inna illaihi rojiuun, Innalillahi wa inna illaihi rojiuun, telah berpulang ayahanda, orang tua terkasih, suami terkasih, kakek terkasih yang tadi mengehembuskan nafas terakhirnya pada minggu subuh,” kata putra sulung almarhum saat membuka sambutan duka mewakili keluarganya.
“Berat rasanya melihat semua ini. namun saya mewakili keluarga sebagai anak tertua menyampaikan ucapan terima kasih kepada para kerabat maupun sahabat almarhum karena sudah datang untuk takziah di kediaman Almarhum dan menemani almarhum menuju tempat peristirahatan terakhirnya, semoga amal baiknya diterima disisi Allah SWT,” tambahnya.
Almarhum kata Reza meninggal dunia meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, serta dua orang cucu. Menikah dengan istrinya, Rosalia, Prof Hariadi dikarunia tiga orang anak yakni Reza, Dian, dan Lutifi.
Prof Hariadi lahir di Jombang, jawa Timur pada 24 April 1958. Profesor yang biasa disapa “Prof HK” ini menutup usia ke 66 tahun, 1 bulan, 9 hari.
Sebelum meninggal, Almarhum mempunyai Riwayat penyakit jantung. HK sendiri pernah dirawat di rumah sakit dan menjalani perawatan di rumahnya untuk proses penyembuhan. Berangsur pulih dari setelah istirahat beberapa bulan di rumahnya, Prof HK kembali melakukan aktifitasnya sebagai pengajar di kampus dan berbagai aktifitas lainnya.

Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Dr. Ir. Nareswoeo Nugroho mewakili Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam sambutannya mengucapkan duka citanya yang dalam atas berpulangnya Prof. Hariadi Kartodiharjo, staf pengajar Departemen Manajemen Hutan dan FORCI Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University.
Prof Hariadi kata Nugroho adalah Guru Besar Tetap di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University. Sebagai guru besar, kiprahnya tidak perlu diragukan lagi. Saat ini Ia dipercaya sebagai Penasehat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang Kebijakan Tatakelola dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan sebagai Tenaga Ahli Kajian Perum Perhutani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Prof Hariadi kata Nugroho juga memiliki berbagai macam publikasi baik di majalah, jurnal ilmiah, koran maupun buku. Karyanya tersebut umumnya mengangkat isu-isu lingkungan, kehutanan, dan sumberdaya alam.
“Saya mewakili keluarga besar kehutanan IPB mengucapkan turut berbelasungkawa yang dalam atas kepergian almarhum Prof. Hariadi Kartodiharjo, staf pengajar Departemen Manajemen Hutan. Kami berdoa agar arwah beliau diterima disisi Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya dan diampuni segala dosanya,” ucap Nugroho Dekan Fakultas Kehutanan IPB.
Almarhum menurut Dekan Kehutanan IPB ini adalah teladan bagi mahasiswa dan civitas fakultas kehutanan dan lingkungan IPB. Banyak karya nyata dan sumbangan pemikiran almarhum dalam memajukan Fakultas di Tri darma Perguruan tinggi. Demikian juga sumbangan pemikiran lain dengan menjadi tenaga ahli di Kementrian LHK dan KPK.
Lanjutnya, Penelitian Prof Hariadi juga tak kalah menarik, beberapa penelitian unggulannya adalah kajian kesiapan derah dalam penanggulangan korupsi dalam pelaksanaan REDD+, kajian tata kelola perkebunan sawit, analisis corruption risk assesment kayu komersial di Kalimantan Timur dan kajian sistem perizinan di sektor sumberdaya alam dengan studi kasus sektor kehutanan. Selain itu, dia pernah ditugaskan sebagai anggota komisioner Inkuiri Nasional pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk menyelesaikan konflik antara masyarakat adat dan pemerintah terkait penguasaan hutan negara.
Nugroho dalam sambutannya juga membacakan riwayat pendidikan tinggi almarhum yang mencakup gelar S1, S2, dan S3 dari Institut Pertanian Bogor dengan spesialisasi Teknologi Hasil Hutan dan Ilmu Pengetahuan Kehutanan. Diakhir hayatnya, almarhum aktif sebagai staf pengajar.
Bapak Tata Kelola
Dilansir dari berita Mongabay.co.id berjudul: Hariadi Kartodihardjo, Bapak Tata Kelola Itu Telah Berpulang – Mongabay.co.id, Sandrayati Moniaga, Komisioner Komnas HAM (2012-2022) menyaksikan langsung bagaimana kontribusi Hariadi dalam membantu kerja-kerja di isu HAM. Hariadi, adalah satu dari sedikit akademisi kehutanan yang pemikiran maju dalam memandang hutan dalam kacamata HAM.
Sandra bercerita, pada Inkuiri Nasional Komnas HAM 2015-2015, dia bersama Hariadi menelaah berbagai peraturan perundang-undangan, serta berdialog dengan banyak korban HAM, termasuk masalah konflik agraria.
Konsep-konsep begitu cemerlang dari pemikiran Hariadi kerap jadi solusi dalam menyelesaikan konflik HAM. Terlebih lagi konsep tentag keberadaan masyarakat adat dalam kawasan hutan adalah hak yang tak bisa dibatasi.
Perjuangan Hariadi dalam kerja-kerja di isu HAM juga terlihat ketika ketika jadi Ketua Tim Percepatan Pembaharuan Hukum dalam Pokja II yang mengurus reformasi agraria dan pengelolaan sumber daa daya alam bentukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD pada 2023.
“Prof Hariadi seorang yang sangat menghormati HAM. Saya sudah lebih 30 tahun bekerja bersamanya, jadi sangat mengetahui betul perjalanan hidupnya yang begitu banyak memberikan kontribusi dalam ilmu kehutanan,” kata Sandra kepada Mongabay.
Prof HK juga begitu paham isu korupsi sektor kehutanan. Keahlian utamanya, pun soal kebijakan dan kelembagaan pengelolaan sumber daya alam.
Kehilayan memandang isu korupsi dalam sektor kehutanan juga terbukti dari beberapa buku hingga jurnal yang di buat pada lima tahun terakhir. Misal, dalam jurnal berjudul “Korupsi Sumberdaya Alam dalam Bayang- Bayang Pelemahan KPK” yang diterbitkan oleh Jaringan Pemantau Independen Kehutanan. Dalam artikel itu memberikan penjelasan komprehensif bagaimana pengelolaan sumber daya alam akan buruk kalau lembaga antirasuah itu dilemahkan.
Hal serupa juga diceritakan Hening Parlan, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah juga rekan kerja Hariadi di IPB University. Dia mengenal Hariadi sebagai Bapak Tata Kelola.
Menurut Hariadi, katanya, semua persoalan-persoalan lingkungan di Indonesia karena tata kelola buruk serta tidak ada sinkronisasi.
“Menurut beliau (Hariadi), jika suatu daerah atau wilayah tidak dikelola baik lingkungannya akan memicu berbagai masalah. Konsep-konsep seperti ini yang terus dikampanyekan hingga menjadi dasar para pegiat lingkungan di Indonesia. Ini kami menganggap beliau sebagai Bapak Tata Kelola,” kata Hening.
Bukan hanya teori, katanya, pemikiran Hariadi kerap terimplementasi dalam mendorong tata kelola lingkungan yang baik. Satu contoh, UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Hening bilang, Prof Hariadi adalah inisiator utama kelahiran regulasi itu.
Regulasi itu, katanya, lahir karena belajar dari bencana tsunami yang terjadi di Aceh dan Nias pada 2004. Dia bersama rekan-rekannya dipandu Prof Hariadi untuk menyusun naskah akademik sebelum regulasi itu diundangkan UU. Prof Hariadi, katanya, juga Bapak Pengurangan Risiko.
Pendidik Banyak Kalangan
Mohamad Shohibuddin staf pengajar di Fakultas Ekologi Manusia, IPB University mengatakan HK sapaan akrab Prof Hariadi, baginya adalah seorang pendidik. Almarhum kata Ketua Yayasan Sajogyo Institut ini adalah orang yang meyakini bahwa pengetahuan adalah sumber tumbuhnya kesadaran dan landasan terjadinya perubahan. Jalan sebagai pendidik kata Shohib almarhum perankan secara konsisten hingga akhir usianya.
“Empat hari sebelum wafat (Rabu, (29/5/2024), Prof HK masih bersemangat menemani mahasiswa dan aktivis muda berdiskusi hingga cukup malam di kediaman beliau yang asri. Di sela-sela berlangsungnya diskusi, beliau mengirimkan pesan WA disertai foto suasana diskusi: “Sekarang rumahku tidak pernah sepi dari kunjungan mahasiswa”. Rupanya, itu pesan WA terakhir beliau yang saya terima melalui sebuah WA group terbatas,” kata Shohib sambil membaca pesan terakhir guru besar Ilmu Kehutanan IPB ini.
Prof HK, menurut Shohib sangat suportif kepada generasi yang lebih muda.
“Ketika mentor saya Pak Bowo mengajak saya menulis artikel bersama Prof. HK sekitar tahun 2009, saya merasa sangat antusias tetapi sekaligus juga minder. Namun, beliau berdua justru memberi ruang besar bagi saya untuk mengelaborasi kerangka teori apa yang akan memayungi kasus-kasus yang akan kami bahas.
Dengan memadukan kerangka teori ekologi politik dan studi agraria kritis, Ia katakan, lahirlah artikel mereka bertiga tentang kontestasi pada tiga skema devolusi hutan: Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Konawe, Hutan Kemasyarakatan (HKm) Repong Damar di Lampung Barat, dan Kesepakatan Konservasi Masyarakat (KKM) di Taman Nasional Lore Lindu.
Artikel ini katanya sempat dipresentasikan Pak Bowo salah satu guru besar IPB pada sebuah forum ilmiah di UC Berkeley dan kemudian diterbitkan sebagai salah satu bab dalam buku yang disunting Prof HK: Kembali ke Jalan Lurus.
Saat penulisan artikel tersebut, kata Shohib, atas dorongan Prof Bowo seniornya itu dan Prof HK, Ia sempat mengkoordinir beberapa pertemuan dengan mahasiswa pasca IPB untuk mendiskusikan beberapa literatur teoritis yang relevan.
Rupanya baginya, menghidupkan forum-forum diskusi informal di luar kelas semacam ini adalah salah satu metode pendidikan yang ditempuh oleh Prof HK untuk memfasilitasi generasi muda meng-update literatur terbaru dan membahas perkembangan politik dan kebijakan di tanah air. Terbukti pada saat almarhum membangun komplek Joglo di Perumahan Suryakancana, Bubulak Bogor, tempat ini beliau sediakan untuk tempat penyelenggaraan beberapa seri diskusi “Kelompok Belajar Ekologi Politik” (Kejar Etik) yang beberapa kali pertemuannya juga Ia ikuti.

Keistimewaan Prof HK, lanjutnya, adalah mampu menjalankan peran sebagai pendidik ini untuk berbagai kalangan dengan latar belakang yang sangat berlainan, seperti dunia kampus, gerakan sosial, birokrasi, lembaga donor, dan bahkan filantropi keagamaan. Meskipun para aktor pada berbagai arena ini sering kali memiliki posisi yang berlainan dan bahkan dapat saling berlawanan, tetapi Prof HK mampu diterima oleh semua kalangan tersebut tanpa beliau sendiri kehilangan otonomi dan sikap kritis.
“Saya meyakini, keistimewaan ini tidak mungkin terjadi kalau bukan karena independensi dan keikhlasan beliau (nothing to lose) yang demikian besar,” Akuinya.
Lanjutnya, satu pesan almarhum yang saat ini terus terngiang-ngiang di benaknya adalah pernyataannya di satu forum diskusi Pusat Studi Agraria beberapa waktu silam: “Jangan merasa GR, seolah-olah kalian adalah orang yang penting, sampai tidak berani menyampaikan kritik. Sampaikanlah kebenaran, dan jangan takut!”
“Selamat berpulang ke pangkuan Yang Maha Abadi, Prof HK. Di Taman Rimbawan yang kini menjadi tempat peristirahatanmu, jangan-jangan Bapak juga sedang memfasilitasi diskusi,” kata dosen IPB saat menulis kenangan bersama almarhum Hariadi Kartodiharjo. (TS-01)