titaStory.id,jakarta, -Tokoh Maluku di Jakarta, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina mengatakan, Maluku membutuhkan pemimpin baru yang memiliki visi besar untuk Maluku ke depan. Pemilihan Gubernur 2024 harus menjadi momentum untuk melahirkan pemimpin yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjawab tantangan zaman.
Hal itu diungkapkan Engelina Pattiasina dalam percakapan dengan wartawan di Jakarta, Selasa (30/04/2024). Engelina menuturkan masalah mendasar di Maluku sudah sangat jelas, tetapi tidak ada penanganan yang mendasar dan strategis.
“Ini ibarat masalah di depan mata jelas, tetapi ditangani dengan apa adanya. Biasa-biasa saja, padahal masalah yang ada luar biasa, seperti ketertinggalan, kemiskinan dan sebagainya,” jelas Engelina.
Dia mengingatkan, ketika Maluku salah memilih pemimpin, maka akan mempertaruhkan nasib Maluku lima tahun ke depan. Kehilangan lima tahun bukan waktu yang singkat karena akan membawa dampak serius bagi generasi muda Maluku.
Engelina mengatakan, mengelola Maluku tidak boleh ugal-ugalan karena Maluku memiliki kekayaan sumber daya alam. Pendekatan praktis dan pragmatis untuk sekadar memenangkan pemilihan gubernur bukan saja sikap tidak bertanggung jawab, tetapi justru menjadi beban bagi Maluku.
“Maluku ini butuh pemimpin yang menawarkan solusi konkret dan memiliki visi besar untuk membawa Maluku ke depan agar sejajar atau lebih maju dari daerah lain. Jujur saja, saya melihat sendiri bagaimana orang berpolitik untuk politik itu sendiri. Politik saat ini seolah bukan menjadi alat perjuangan, tetapi sekadar memenuhi hasrat berkuasa,” tegas Engelina.
Dia pun mengakui sangat prihatin, karena praktik politik bergerak ke arah yang berbahaya, karena semua seolah bisa diselesaikan dengan bagi-bagi uang dan sembako. Dia khawatir, kalau situasi ini terus berlangsung, di mana politik uang dan politik sembako sangat brutal, dan ke depannya daerah hanya dikendalikan para pemilik modal.
“Karena hanya yang berduit yang jadi elit politik. Lantas bagaimana dengan mereka memiliki kualitas? Kalau boleh blak-blakan, orang hanya berpolitik untuk mengembalikan modal dan menabung untuk ikut pemilu lagi. Ini siklus yang sangat berbahaya bagi rakyat,” jelas Engelina.
Menyinggung Pilkada Gubernur Maluku 2024, Engelina mengatakan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua nama yang beredar sebagai calon gubernur Maluku, sejauh ini tidak ada gagasan apa pun untuk membawa Maluku ke depan.
“Kalau visi dan misi tidak susah, karena bisa dicopas (copy paste). Tetapi, yang dibutuhkan gagasan yang bisa dieksekusi untuk menjawab tantangan Maluku saat ini dan ke depan. Ini yang tidak terlihat,” jelas Engelina.
Hanya saja, kata Engelina, masyarakat digiring seolah pemimpin di Maluku hanya ada beberapa figur, yang kalau mau jujur belum tentu membawa harapan baik untuk Maluku. “Saya tidak meremehkan. Saya menaruh hormat kepada semua orang yang berniat baik. Tetapi, mereka mau buat apa setelah jadi gubernur, itu yang tidak jelas sampai saat ini. Saya tidak mau terjebak dalam pengkotakan berdasarkan apa pun. Saya hanya mau ada pemimpin yang membawa perbaikan di Maluku. Siapa pun dia dan itu saja,” tegasnya.
Engelina berharap, Pilkada Maluku bisa membawa perbaikan dalam praktik politik. Semua calon yang bertarung sebaiknya jangan mengeksploitasi kemiskinan rakyat seolah menjadi menjadi pahlawan dengan menebar uang dan sembako. Sebab, ketika orang berani menebar uang, dengan sendirinya akan memperhitungkan untung dan rugi.
“Dari mana uang itu dikembalikan, syukur-syukur uang sendiri, bagaimana kalau uang para pengusaha? Rakyat jangan dijebak dan dihina dengan praktik politik uang dan sembako. Ini tidak mudah karena politik uang dan sembako seolah hal normal. Kalau berpolitik tanpa prinsip, maka orang baik akan dipaksa untuk larut dalam permainan brutal dan kotor. Politik tidak seperti itu, tapi bagaimana menghadirkan keadilan sosial dan ekonomi sebagai akar dari demokrasi.
Sebagai tokoh senior, Engelina memandang, Maluku perlu menghadirkan figur baru potensial untuk menjadi pemimpin Maluku. Bukan tidak ada kader, ada banyak kader potensial yang sangat layak untuk menjadi pemimpin Maluku.
“Kalau saya ditanya siapa, ya tokoh seperti George Tahija, Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, Willy Sabandar dan figur lainnya, saya kira sangat bagus. Karena mereka sudah membuktikan memiliki kemampuan kerja yang hebat di bidangnya masing-masing. Hanya apakah mereka mau menjadi calon atau terpanggil untuk Maluku, kan belum tentu juga mereka mau. Masih banyak kalau kita out of the box atau kalau kita coba keluar dari framing opini publik yang sengaja dikembangkan,” tegasnya.
Menegaskan Maluku membutuhkan figur yang memiliki jaringan luas, baik di dalam maupun luar negeri, dan kemampuan lobi yang mumpuni, karena hal ini menjadi kunci untuk mempengaruhi kebijakan yang lebih adil untuk Maluku.
“Anggaran untuk Maluku tidak akan cukup untuk mempercepat kemajuan. Anggarannya dari tahun ke tahun hanya begitu-begitu saja. Ini butuh jaringan dan kemampuan lobi. Tanpa kualifikasi ini, Maluku hanya merangkak atau jalan di tempat,” tuturnya.
Menurutnya, rakyat Maluku harus berani untuk memanggil kader-kader terbaik untuk membawa Maluku keluar dari masalah yang tidak terselesaikan dari masa ke masa. Butuh langkah besar untuk memutus mata rantai kemiskinan.
“Kalau sudah diberi kesempatan di lembaga perwakilan dan eksekutif, tetapi tidak mampu membawa perbaikan mendasar di Maluku, ya sebaiknya jangan egois. Nasib rakyat harus berada di atas kepentingan pribadi dan kelompok,” tegasnya.
Engelina berharap, Pilkada Maluku 2024 bisa melahirkan pemimpin yang cerdas membaca tanda-tanda zaman, karena kawasan timur dan Maluku di dalamnya akan menjadi episentrum ekonomi. Jangan sampai kekayaan alam Maluku digadaikan atau diijonkan untuk kepentingan modal politik.
“Saya harap, akan muncul pemimpin yang bisa menjadikan kekayaan alam Maluku benar-benar membawa kesejahteraan rakyat. Terlalu lama Maluku miskin di atas kekayaannya sendiri,” tegasnya.(**TS)
Discussion about this post