titaStory.id, jakarta – Mahasiswa harus memperhatikan perkembangan yang terjadi kawasan Pasifik, karena Maluku berada dalam posisi yang strategis di Pasifik. Sebab, Maluku akan terimbas dampak langsung maupun tidak langsung dari perkembangan yang terjadi di kawasan Pasifik.
Demikian dikatakan Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina dalam diskusi publik dengan Tema “Mahasiswa dan Masa Depan Seram Bagian Barat” di Jakarta, Sabtu (24/6/2023).
Diskusi ini dirangkaikan dengan Pelantikan Pengurus Pusat Saka Mese Nusa Student Association Periode 2023-2025. Organisasi ini menghimpun mahasiswa Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Selain Engelina, diskusi ini menghadirkan pembicara Lain, Deputi I Kepala Staf Presiden, Igo Pentury, H. Hambra Samal, SH, MH, Muhammad Rivai dan Akib Hehanusa.
Engelina meminta mahasiswa Maluku untuk menyadari kalau Maluku pernah menjadi episentrum perdagangan global, karena pencarian rempah menjadikan Maluku sebagai pusat perdagangan dunia.
Kalau mengikuti perkembangan yang terjadi di kawasan Pasifik, kata Engelina, Maluku berada dalam posisi yang strategis, baik dari sisi politik maupun ekonomi. Untuk itu, pemuda Maluku harus memperhatikan apa yang terjadi di sekeliling Maluku.
“Pada saat ini di abad 21, Maluku memiliki posisi strategis baik dari aspek geopolitik dan geoekonomi global di Pasifik. Kita harus melihat penegasan abad 21 sebagai abad ‘The Ocean of Century’, yang diikuti dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia di Indo-Pasifik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya persaingan pengaruh di Pasifik yang melibatkan Amerika dan China,” jelasnya.
Selain itu, kata Engelina, Maluku memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sebenarnya tidak layak Maluku menjadi daerah miskin, tetapi kenyataan justru Maluku berada dalam posisi termiskin bersama Tana Papua dan NTT. Sebelumnya, pada 2011, Maluku berada di peringkat tiga termiskin, kemudian bergantian dengan NTT, dimana Maluku menjadi nomor empat dan NTT menjadi ketiga.
Dia menjelaskan, Maluku memiliki kekuatan besar (big push strategi) melalui kekayaan sumber daya alam, baik kekayaan laut maupun mineral. Seluruh Maluku, kata Engelina, setidaknya memiliki 25 Blok Migas. Namun, yang sudah beroperasi dan segera beroperasi, seperti Blok Masela (Inpex), Blok Aru (Statoil Norwegia), Blok Bula dan non-Bula.
Hanya saja, kata Engelina, pengelolaan minyak di Bula (Seram Timur) menunjukkan pengelolaan yang tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya, yang merupakan masyarakat adat
sebagai pemilik kekayaan alam. Hal ini seolah membenarkan daerah eksploitasi sumber daya alam seolah menjadi kutukan karena menjadi korban atas kekayaan alamnya sendiri.
Belum lagi dengan kekayaan nikel yang sedang dicari dunia belakangan ini. Menurutnya, di Pulau Seram paling tidak ada delapan titik nikel di Kabupaten Seram Bagian Barat, yakni di Kairatu, Hunitelu, Hualoy, Huamual Belakang, Supe, Liaela, Luhu, Seram Barat dan Piru. Untuk itu, katanya, mahasiswa dan pemuda harus mencermati beragam kekayaan alam yang ada di Maluku. Sebab, semua itu bisa menjadi pendongktrak bagi Maluku keluar dari kemiskinan.
“Hanya saja, semua kekayaan yang ada di Maluku belum membawa kesejahteraan untuk rakyat. Kalau keberadaan itu menjadi berkat maka akan membawa kesejahteraan, tetapi kalau kutukan, maka itu akan membawa kesengsaraan, karena masyarakat dan lingkungannya menanggung beban dari dampak eksploitasi sumber daya alam, tapi rakyat dibiarkan dalam kemiskinan,” tegasnya.
Engelina meminta mahasiswa untuk mencermati setiap kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan nikel, sehingga kekayaan alam itu menjadi berkat bukan sebagai kutukan. Untuk itu, masyarakat adat harus sejak awal ikut memainkan peran, agar masyarakat dalam menikmati dampak dari pengelolaan sumber daya alamnya.
Mengenai Pemilu 2024, kata Engelina, merupakan ajang untuk memilih calon pemimpin di berbagai level. Untuk itu, mahasiswa perlu waspada dan cermat dalam menentukan pilihan dalam Pemilu 2024, dengan mencermati rekam jejak setiap calon pemimpin terhadap pengembangan Maluku. Dia menegaskan, kalau Maluku masih miskin, maka itu merupakan tanggung jawab pemimpin di eksekutif dan legislative, yang dipilih dalam Pemilu.
Engelina mengatakan, kalau masyarakat tergoda dengan pembagian sembako dalam menentukan pilihan, maka jangan heran kalau pemimpin yang muncul hanya bisa membagi sembako daripada mengurus kepentingan Maluku untuk keluar dari kemiskinan.
“Sebenarnya kalau sudah terpilih sebagai pemimpin selama beberapa periode dan tidak mampu membawa terobosan, semestinya tidak akan terpilih lagi. Tetapi itu belum menjadi kesadaran,” katanya.
Sebab, sampai saat ini tidak ada calon yang secara jelas menawarkan terobosan untuk mengeluarkan Maluku dari kemiskinan. Meski memiliki kekayaan alam yang melimpah.
“Sejauh yang Beta lihat dan simak, sampai saat ini belum ada calon yang menawakan visi untuk mengatasi kemiskinan yang ada. Tidak bisa dengan cara biasa, tetapi harus dengan keberpihakan yang nyata dalam program dan pembiyaan dan konsisten dalam pelaksanaan. Hanya dengan terobosan, kita bisa keluar dari kemiskinan yang hampir permanen ini,” kata
Menurut Engelina, pemilih Maluku harus mencermati setiap calon pemimpin, sehingga melahirkan pemimpin yang melihat masa depan Maluku sebagai “hotspot” masa depan Indonesia. Bahkan, mendukung calon yang pernah memiliki upaya nyata untuk mengeluarkan Maluku dari kemiskinan.
Engelina mengharapkan, keberadaan organisasi mahasiswa Kabupaten Seram Bagian Barat ini bisa menjadi dan melahirkan duta-duta baik di Seram Bagian Barat, Maluku dan bahkan hingga ke luar negeri. Sebab, organisasi mahasiswa itu memiliki potensi besar kalau mengkonsolidasikan kekuatan yang ada di berbagai kota dan membangun jaringan dengan sesama mahasiswa dan pemuda di luar negeri. (TS-01)
Discussion about this post