Dipuja di Negeri Orang, Dilupakan di Negeri Sendiri

12/08/2025
Mathesos Berhitu. diajang Sabah Masters Athletics Open Championship (SAMOC). Foto : Ist
Matheos Berhitu: Anak Maluku yang Terlupakan di Panggung Negeri Sendiri

titastory, Malaysia — Langkah-langkahnya mantap, meski cedera hamstring masih membayang. Di lintasan 200 meter Sabah Masters Athletics Open Championship (SAMOC) 2025, 9–10 Agustus lalu, Matheos Berhitu melesat. Waktu yang dicatatnya: 25,12 detik—hanya terpaut 0,02 detik dari peraih perak asal Singapura, dan sedikit di bawah juara pertama dengan 24,9 detik. Medali perunggu pun melingkar di lehernya. Bagi pria kelahiran Ambon, 4 Desember 1972 itu, ini bukan sekadar lomba. Ini soal harga diri Maluku di mata dunia.

Matheos Berhitu, pelari asal Maluku saat mengukir ptrestasi di ajang Sabah Masters Athletics Open Championship (SAMOC). Foto: Ist

Perjalanan Tanpa Dukungan

Tak ada spanduk penyambutan. Tak ada dana hibah. Bahkan permintaan audiensi dengan Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon tak pernah berbalas.
“Pernah kami coba hubungi untuk bertemu dan meminta dukungan. Tapi tidak ada respons sama sekali,” ujar sahabat dekat Matheos kepada titastory.id.

Akhirnya, semua biaya—tiket, akomodasi, perlengkapan—ditanggung sendiri. “Dia tahu ini berat, tapi dia tidak mau Maluku absen di ajang internasional,” tambah sang sahabat.

 

Ironi yang Menyakitkan

Ironisnya, sambutan justru datang dari luar negeri. Konsulat Jenderal RI di Kota Kinabalu memberi ucapan selamat dan dukungan langsung. Sementara di tanah kelahirannya, keheningan menyelimuti.

Padahal, Matheos bukan orang baru di dunia atletik. Ia dikenal sebagai pelari ultra marathon yang telah mengharumkan nama Maluku di berbagai kompetisi dunia. Kini, ia membuktikan bahwa pelari jarak jauh pun bisa bersaing di nomor sprint—bahkan dalam kondisi cedera.

Anak Maluku yang Terlupakan

Prestasinya mengundang tanya: Apakah kebanggaan hanya datang bila ada piala yang bisa dipamerkan? Apakah pemerintah daerah benar-benar peduli pada anak Maluku yang mengangkat nama tanah kelahirannya di kancah internasional?

“Dia cinta tanah kelahirannya. Dia sudah membuktikannya,” ujar sang sahabat. “Tapi di negerinya sendiri, dia seperti diasingkan.”

Di Malaysia, nama Matheos dielu-elukan. Di Ambon, ia berjalan tanpa tepukan.
Pertanyaannya menggantung di udara: Apakah Matheos Berhitu bukan anak Maluku?

Penulis: Christin Pesiwarissa
error: Content is protected !!