titastory, Den Haag – Puluhan diaspora Maluku, Papua, dan Aceh menggelar aksi damai di depan gerbang Istana Kerajaan Belanda, Noordeinde, Den Haag, Jumat (26/9), bertepatan dengan kunjungan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, ke Negeri Kincir Angin.
Para demonstran mengangkat spanduk dan mengibarkan bendera Republik Maluku Selatan (RMS), Bintang Kejora milik Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mereka menuntut perhatian dunia terhadap dugaan pelanggaran HAM dan penindasan terhadap masyarakat di Papua dan Maluku oleh aparat keamanan Indonesia.

Dalam selebaran yang dibagikan, mereka menyerukan penghentian penindasan dan menegaskan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua dan Maluku.
“80 tahun ketidakadilan sudah cukup. Atur ulang Indonesia, bebaskan Papua, bebaskan Maluku. Ini tentang keadilan dan kebebasan,” tulis pamflet tersebut.
Aksi damai itu berlangsung ketika Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima menerima Presiden Prabowo di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, sebagai bagian dari rangkaian kunjungan kerja Presiden di Eropa.

Penyambutan Istimewa di Istana Huis ten Bosch
Dilansir dari laman Kementrian Sekretariat Negara (Setneg), kedatangan Presiden Prabowo di Istana Huis ten Bosch mendapat sambutan kehormatan dari Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima. Penyambutan oleh raja dan ratu secara bersamaan merupakan bentuk penghormatan tinggi dari Kerajaan Belanda terhadap kunjungan kepala negara Indonesia.
Setelah mengisi buku tamu, Presiden Prabowo disambut di DNA Room, salah satu ruang kehormatan istana, dan melakukan sesi foto bersama sebelum memulai pertemuan resmi.
Dalam pertemuan itu, keduanya membahas penguatan hubungan bilateral, termasuk kerja sama strategis di bidang ekonomi, budaya, dan olahraga. Pertemuan tersebut juga menandai kesepakatan pengembalian sekitar 30 ribu artefak, fosil, dan dokumen sejarah milik Indonesia yang selama ini tersimpan di Belanda.
Rangkaian Kunjungan Luar Negeri
Kunjungan ke Belanda menjadi penutup rangkaian lawatan Presiden Prabowo ke empat negara sejak 19 September 2025. Lawatan ini diawali dengan kunjungan singkat ke Jepang untuk menghadiri Expo Osaka 2025, yang menghasilkan komitmen investasi sebesar USD 23,8 miliar.
Selanjutnya, di Amerika Serikat, Presiden Prabowo berpidato pada Sidang Umum ke-80 PBB di New York dan mendapat apresiasi dari sejumlah pemimpin dunia. Di Kanada, ia bertemu Gubernur Jenderal Mary Simon dan PM Mark Carney, yang menghasilkan kesepakatan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), mencakup penghapusan 90,5 persen tarif barang impor dari Indonesia.
Dari Kanada, Presiden Prabowo melanjutkan kunjungan ke Belanda sebelum kembali ke Indonesia.
Sorotan Diplomatik dan Isu HAM
Sementara pemerintah menyoroti hasil-hasil strategis lawatan Presiden termasuk kesepakatan ekonomi dan pengembalian artefak budaya—aksi diaspora di Den Haag menyoroti isu hak asasi manusia di Papua dan Maluku.
Aksi damai itu menegaskan bahwa hubungan bilateral kedua negara masih dibayangi persoalan sejarah dan hak-hak masyarakat di wilayah timur Indonesia.