titaStory.id, tidore kepulauan – Seekor paus ditemukan mati dan terdampar di pesisir pantai Kelurahan Seli, Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara, Senin (12/6/2023) sekira pukul 16.40 WIT.
Bangkai paus dengan Panjang 10 m dan lebar 7 m ini ditemukan sudah dalam kondisi membusuk sehingga mengeluarkan bau menyengat.
Koordinator Satwas SDKP Ternate, Stasiun PSDKP Ambon, Sunapit M. Taher menceritakan saat paus itu ditemukan oleh warga dalam keadaan mati terdampar. Paus itu saat ditemukan dalam kondisi membusuk tingkat Lanjut di sekitar Pantai Kelurahan Seli Kec. Tidore Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
“Titik koordinat Lokasi Paus Terdampar, berada di Kelurahan Seli, Kec. Tidore, Kota Tidore Kepulauan yaitu 0°38’17.5″ LU 127°26’04.5″ BT,” jelas Taher.
paus yang diketahui jenisnya berkelamin Jantan dan merupakan Paus Sperma ini, tidak diketahui warga penyebab kematiannya sehingga terdampar di pesisir pantai.
“Kondisi kematian Paus Sperma yaitu Kode IV (kondisi mati membusuk Tingkat Lanjut). Ekor Dalam Kondisi Membusuk dan Perut sudah membusuk dan mengeluarkan Bau namun perut belum pecah,” kata Taher. Meski demikian dugaan penyebab kematian belum diketahui.
Hasil temuan yang dilaporkan kepada DKP Tidore Kepulauan dan DKP Kota Tidore, kemudian kerkordinasi dengan Satwas PSDKP Ternate dan Loka PSPL Sorong Wilker Maluku Utara dan untuk tindaklanjuti pada jam 16.30 WIT.
Namun hingga Selasa (13/6/2023) sekira pukul 08.30 WIT paus sperma ini baru bisa ditangani setelah tim Loka PSPL sorong, Satwas SDKP Ternate dan DKP Maluku Utara, menuju lokasi liat penanganan di Kota Tidore Kepulauan dengan menggunakan jasa transportasi speedboat.
“Pukul 09.30 WIT tiba di lokasi terdamparnya Paus Sperma di Pesisir Pantai Kelurahan Seli Kec. Tidore Kota Tidore Kepulauan kemudian tim melakukan pemeriksaan bangkai Paus Sperma oleh Satwas SDKP Ternate, dibantu Loka PSPL Sorong, DKP Malut dan DKP Tidore,” Cerita Taher.
Dari hasil pemeriksaan tubuh paus tersebut adalah jarak moncong ke pangkal ekor 10 Meter, lingkar tubuh melalui pangkal sirip samping 7 meter, serta jenis kelamin adalah Jantan.
Taher mengatakan, lokasi terdamparnya Paus pada medan yang cukup berat yang sulit diakses termasuk kondisi tubuh paus yang besar sehingga sulit dilakukan penanganan.
Bangkai paus kata taher, dimusnahkan dengan cara Penananganan Dekomposisi Alami karena lokasi disekitar area terdampar tidak terdapat lokasi untuk penguburan.
Proses penanganan dengan cara Dekomposisi alami hanya bisa dilakukan di Lokasi Pulau Mare dengan jarak dari lokasi terdampar ke pulau mare sekitar 3 Mil. Proses evakuasi bangkai paus sperma dilakukan dengan bantuan dari masyarakat nelayan di Kelurahan Seli. Selain itu evakuasi juga dilakukan dengan bantuan 2 Kapal Nelayan Dari DKP Tidore.
Proses evakuasi ke lokasi Dekomposisi Alami dilakukan sekitar 3 jam perjalanan atau sejak jam 10.30- 14.40 WIT dengan jarak Tempuh 3 Mil. Proses evakuasi dilakukan dengan kondisi cuaca sedikit bergelombang. Lokasi dekomposisi alami dilakukan di area mangrove.
“Model penanganan dekomposisi alami dengan cara menarik bangkai paus ke area mangrove yang jauh dari pemukiman dan aktivitas masyarakat,” jelasnya.
Setelah tiba, bangkai Paus Sperma kemudian diikat di sekitar mangrove di Desa Maregam. Lokasi ini berada jauh dari pemukiman penduduk dan kegiatan masyarakat karena berada di Teluk sekitar mangrove. Metode ini dianggap efektif karena jauh dari pemukiman penduduk.
“Titik kordinat Lokasi Dekomposisi Alami Desa Maregam, Kec. Tidore Selatan, Kota Tidore Kepulauan 0°35’02.0″ LU 127°24’00.8″ BT,” jelasnya.
“Usai dievakuasi dan dekomposisi alami di Desa Maregam, tim Penanganan Mamalia terdampar kembali ke Tidore dan melakukan perjalanan melalui transportasi dari kembali ke pelabuhan Rum dan melanjutkan perjalanan ke Ternate melalui transportasi laut dari pelabuhan Rum ke Pelabuhan speedboat Bastiong Ternate,” tambah Koordinator Satwas SDKP Ternate.
Tak hanya, di Tidore Kepulauan, sebelumnya paus jenis sperma ini juga mati terdampar di Pulau Tabala, Desa Lede, Kabupaten Taliabu, pada Jumat (24/2/2023). Paus ini ditemukan oleh seorang nelayan tuna tengah hanyut di area rumpon nelayan berjarak sekira 13 mil dari utara pulau Taliabu.
Paus dengan Panjang sekitar 10 Meter dan lebar sekitar 5 Meter itu, saat ditemukan dalam kondisi busuk dan berbau menyengat. Belum diketahui penyebab kematian paus hingga terdampar.
Dilansir dari situs Mongabay.co.id (Paus Terdampar Mati dan Membusuk di Taliabu – Mongabay.co.id : Mongabay.co.id) tentang Mamalia Laut yang Mati, 36 Persen Ada di Malut Sebelumnya, Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong menyampaikan bahwa pihaknya telah menangani 25 kejadian keterdamparan di tahun 2022. Keterdamparan tersebut terjadi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan serta Papua Tengah.
Kepala LPSPL Sorong Santoso Budi Widiarto dalam rilis resmi KKP di Sorong, Senin (23/1/2023) lalu menjelaskan bahwa jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia baik yang masih hidup maupun yang mati.
“Jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur, jumlahnya hampir 52% yaitu sebanyak 13 kejadian jenis paus terdampar, 10 kejadian jenis dugong terdampar dan 2 kejadian lumba-lumba terdampar,” ungkapnya.
Dari seluruh kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia, 50% penanganannya dilakukan secara langsung dengan turun ke lapangan, pendampingan dan pemberian rekomendasi teknis. Sedangkan 50% lainnya keterlibatan tidak langsung yakni melakukan pendataan dan pengumpulan bahan keterangan kejadian.
Wilayah timur Indonesia sangat akrab dengan kejadian mamalia laut terdampar. Hal ini disebabkan perairan laut di wilayah Indonesia terutama Indonesia bagian timur merupakan salah satu jalur migrasi serta habitat penting mamalia laut seperti paus, lumba-lumba dan dugong. Penanganan kejadian keterdamparan mamalia laut adalah strategi KKP dalam menjaga kesehatan laut Indonesia dan menjadi salah satu implementasi kebijakan ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati laut di Indonesia.
“Berdasarkan data yang dimiliki LPSPL Sorong, hotspot kejadian mamalia terdampar di wilayah timur Indonesia tahun 2022 berlokasi di Provinsi Maluku Utara sebanyak 36%, dan Papua Barat Daya sebanyak 24% dari total kejadian mamalia laut terdampar. Banyaknya mamalia yang ditemukan di wilayah ini dikarenakan perairan di kedua provinsi tersebut adalah jalur migrasi bagi mamalia laut dan terdiri dari pulau-pulau membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik,” lanjutnya.
Santoso juga menyebutkan mamalia laut terdampar paling banyak ditemui pada kondisi kode 4 dan 5 yakni mengalami pembusukan tingkat lanjut dan penguraian akhir. Banyaknya mamalia laut yang ditemukan dalam kondisi membusuk menunjukkan bahwa mamalia laut dalam kondisi sekarat atau terdampar dan sulit dijangkau manusia sehingga membutuhkan waktu untuk ditangani.
KKP telah menetapkan Rencana Aksi Penanganan Mamalia Laut Terdampar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Periode 2018-2022 serta Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Dalam kurun waktu 2017 hingga 2022 kejadian mamalia laut terdampar cenderung meningkat setiap tahunnya khususnya untuk jenis mamalia laut paus dan dugong sedangkan untuk jenis lumba-lumba cenderung menurun kejadian keterdamparannya dari 2019 hingga 2022. (TS-01)
Discussion about this post