TITASTORY.ID – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Maluku kembali menggelar kegiatan pelepas liaran satwa liar endemic asli pulau seram ke habitat aslinya. Dipusatkan di kawasan konservasi Suaka Alam (SA) Gunung Sahuwai Dusun Hulung Desa Iha Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku , Senin ( 01/11) lalu.
Adapun pelepas liaran satwa liar endemik Kepulauan Maluku adalah satwa endemik Pulau seram seperti burung Kakatua Maluku (Cacactua moluccensis), yang penyebaran dan habitat alaminya hanya dapat ditemui di wilayah Pulau Seram.
Kepala Balai KSDA Maluku Bapak Danny H. Pattipeilohy, S.Pi., M.Si dalam sambutan sebelum melakukan pelepas liaran menyampaikan bahwa kegiatan yang dipusatkan di kawasan konservasi Suaka Alam (SA) Gunung Sahuwai Dusun Hulung Desa Iha Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku adalah kegiatan yang sejalan dengan program Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK dengan tema ”Living In Harmony With Nature; Melestarikan Satwa Liar Milik Negara”.
Pattipeilohy mengungkapkan, pelepas liaran satwa endemikc ke habitat aslinya antara lain enam ekor burung Nuri Bayan (Eclectus roratus), enam ekor Kakatua Maluku (Cacactua moluccensis) dan dua ekor Ular Sanca Kembang (Python reticulatus).
“Satwa liar yang dilepas liarkan tersebut merupakan satwa hasil kegiatan patroli dan penjagaan peredaran, translokasi satwa liar dari Balai KSDA Sumatera Selatan, serta penyerahan dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Ambon.” ucapnya.
Pattipeilohy juga menyampaikan, sebelum dilakukan pelepas liaran tentunya membutuhkan waktu dan proses yang panjang hingga akhirnya satwa-satwa tersebut siap dan layak untuk dilepas liarkan ke habitat aslinya. Dia berharap satwa-satwa yang dilepas liaran ini dapat cepat beradaptasi dan berkembang biak di lingkungan barunya sehingga akan berdampak pada peningkatan populasi dan keragaman jenis satwa yang ada di kawasan konservasi SA. Gunung Sahuwai.
“Sebelum dilepas liarkan di habitat aslinya, satwa liar tersebut sudah terlebih dahulu menjalani proses karantina, rehabilitasi dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di Kandang Transit Passo Kota Ambon. Dimana pemeriksaan kesehatan terhadap burung tersebut dilakukan oleh petugas dari Balai KSDA Maluku bersama-sama dengan dokter hewan dari Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon,” ujarnya.
Untuk diketahui, burung Nuri Bayan (Eclectus roratus), Kakatua Maluku (Cacactua moluccensis) dan Ular Sanca Kembang (Python reticulatus) adalah satwa liar yang statusnya dilindungi undang-undang dan merupakan salah satu jenis satwa endemik Kepulauan Maluku dengan penyebaran alaminya berada di wilayah Pulau Seram, sehingga dalam dalam kegiatan pelepasliarannya harus dilakukan di habitat aslinya yang berada di wilayah Pulau Seram.
“Dipilihnya kawasan konservasi SA. Gunung Sahuwai di Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai lokasi pelepas liaran satwa dikarenakan kawasan konservasi tersebut merupakan salah satu habitat asli dari satwa-satwa yang dilepas liarkan, selain itu kondisi kawasan hutan yang masih terjaga dengan jumlah pohon dan sumber pakan yang melimpah serta kondisi sosial masyarakat sekitar yang sadar akan pentingnya kelestarian SDA menjadikan lokasi tersebut sangat cocok dan aman untuk dijadikan lokasi pelepas liaran satwa,” jelasnya pula.
Diharapkan.” katanya, dengan dilakukan pelepas liaran satwa endemic Kepulauan Maluku di wilayah ini akan menjadi contoh kepada masyarakat untuk turut serta menjaga sumber daya alam (SDA) khususnya satwa endemic Pulau Seram agar tidak punah dari habitat aslinya.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain, Sekretaris Daerah ( Sekda) Kabupaten Seram Bagian Barat, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Seram Bagian Barat, Kepala Balai Tamana Nasional Manusela, Duta Maritage Indonesia, perwakilan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Dirjen KSDAE, Kepala KPH Seram Bagian Barat, Camat Huamual, Koramil Piru, Polsek Huamual, Staf Pemerintahan Desa Iha, Kepala Dusun Hulung, serta beberapa masyarakat yang berada di sekitar kawasan konservasi SA. Gunung Sahuwai.(Redaksi)
Discussion about this post