Bertaruh Nyawa Demi Sekolah, Anak-anak Menyeberangi Sungai Tanpa Jembatan di Batabual

09/07/2025
Siswi Salah satu SMA di Kecamatan Batabual yang harus menyeberangi sungai untuk ke lokasi pendidikan. Foto : Ist

titastory, Buru – Kecamatan Batabual di Kabupaten Buru, Maluku, masih hidup dalam bayang-bayang keterisolasian. Puluhan tahun sejak pemekaran kabupaten, wilayah ini belum sepenuhnya tersentuh pembangunan infrastruktur dasar. Anak-anak harus menyeberangi sungai tanpa jembatan demi bisa bersekolah, sementara jalan dan jembatan yang dijanjikan pemerintah hanya tinggal dalam peta rencana yang usang.

Keluhan ini disampaikan oleh pemuda setempat, Muz M.F. Latuconsina, melalui tulisan pendek yang dibagikan di media sosial dan grup WhatsApp pada Selasa (2/7/2025). Dalam tulisannya, Muz menggambarkan Batabual sebagai negeri yang “terjebak dalam luka dan diam.”

Siswa sebrangi sungai untuk ke sekolah. Sebuah pemandangan di Kecamatan Batabual. Foto : Ist

“Kami tumbuh di antara sabar dan kecewa. Menyambut pagi dengan harapan, lalu ditinggal. Jalan raya tak pernah sampai. Jembatan tinggal dalam peta rencana yang usang. Pemerintah datang dan pergi, tapi Batabual tetap terjebak di tempat yang sama, diam dalam luka,” tulis Muz.

Ia menggambarkan bagaimana anak-anak di Batabual bertaruh nyawa saat menyeberangi sungai untuk sekolah, sementara warga dewasa harus berjuang melalui jalan tanah yang becek dan belum pernah diaspal.

“Anak-anak menyeberangi sungai demi sekolah, perempuan-perempuan tua memanggul beban hidup melewati tanah becek. Lelaki bekerja tanpa tahu sampai kapan harus menunggu perubahan,” lanjutnya.

Muz menyampaikan bahwa warga Batabual tidak menuntut keistimewaan. Mereka hanya ingin dilihat dan dihitung dalam rencana pembangunan yang adil.
“Kami tak ingin menangis. Tapi bagaimana bisa tak lirih ketika negeri sendiri seperti menutup mata? Batabual hanya ingin disapa, didengar, dan dihitung. Bukan sekadar angka di belakang koma,” tegasnya.

“Indonesia, jika engkau mendengar ini, ketahuilah ada satu negeri kecil yang masih menunggumu dengan setia dalam dingin, dalam hening, dalam harap yang nyaris padam,” tutup Muz dalam tulisannya.

Kondisi ini menambah daftar panjang wilayah tertinggal di Maluku yang masih memerlukan intervensi serius dari pemerintah pusat dan daerah, utamanya terkait pemenuhan hak dasar warga negara atas pendidikan, transportasi, dan pelayanan publik yang layak.

Penulis: Redaksi Titastory
error: Content is protected !!