titastory.id, manggarai – Puluhan aparat keamanan dari TNI, Polri, dan Pol PP bentrok dengan ratusan warga Pocoleok pada Rabu, 2 Oktober 2024. Ketegangan terjadi saat warga menghadang langkah pemerintah dan PLN yang tengah melakukan pendataan dan identifikasi untuk proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu Unit 5-6.
Sejumlah video milik warga yang direkam di lokasi kejadian memperlihatkan aksi penghadangan yang di lakukan oleh aksi massa kepada aparat keamanan.
Kehadiran tim Pemda dan PLN yang diiringi pengawalan ketat dari aparat ditolak warga. Warga menolak proyek ini karena dianggap mengancam kelestarian wilayah dan kehidupan mereka. Adu mulut sempat terjadi, dan bentrokan fisik tidak terelakkan ketika seorang polisi memerintahkan anggotanya untuk “labrak” warga yang menghadang.
Bentrokan tersebut menyebabkan banyak warga mengalami kekerasan fisik. Salah seorang warga, Ponsianus Lewang, mengalami cedera berat setelah ditendang di bagian rusuk oleh aparat. Ponsianus sempat pingsan di lokasi kejadian sebelum akhirnya dibawa ke rumah untuk perawatan lebih lanjut.
Selain korban cedera, empat warga juga ditangkap dan disekap dalam mobil polisi, yakni Agustinus Tuju, Hilarius Bandi, Karolus Gampur, dan Florianus Madur. Setelah mendapat desakan dari warga, polisi hanya melepaskan Florianus Madur, sementara tiga lainnya masih ditahan.
Dalam aksi tersebut, aparat keamanan juga melarang warga, terutama anak muda, untuk mengambil gambar dan video, bahkan mengejar mereka yang mencoba merekam kejadian tersebut.
Tuntutan Warga
Warga Pocoleok menuntut PLN dan Pemkab Manggarai untuk menghentikan proyek Geotermal yang dianggap mengancam kehidupan mereka. Mereka juga meminta Kapolda NTT dan Kapolres Manggarai untuk segera menarik mundur aparat yang melakukan kekerasan dan intimidasi terhadap warga. Warga mendesak agar ketiga orang yang masih ditahan segera dibebaskan dan menuntut TNI untuk menarik pasukannya ke barak.
Selain warga, koalisi masyarakat sipil untuk Pocoleok juga meminta agar Kapolda dan TNI menarik mundur aparat dan menghentikan intimidasi dan kekerasan pada warga Poco Leok.
Koalisi juga mengutuk brutalitas aparat terhadap warga Poco Leok yang mempertahankan ruang hidup dari ancaman Geothermal.
“Kapolda NTT dan Kapolres Kabupaten Manggarai, Flores serta TNI untuk menarik mundur pasukan mengentikan intimidasi dan kekeerasan serta menarik mundur pasukannya untuk kembali ke barak,” demikian bunyi pernyataan sikap yang disampaikan oleh koalisi masyarakat sipil seperti Jatamnas, Trend Asia, bersihkan indonesia, dan YLBHI. (TS-01)
Discussion about this post