titastory.com – Potong dikuku, rasa didaging. Sagu salempeng dipatah tiga. Ale rasa, beta rasa. Kaka susah ade jua iko susah. Ini merupakan ungkapan dari prinsip orang basudara di Maluku. Ungkapan ini merupakan kebersamaan dan persaudaraan yang sejati antar orang basudara.
Tak heran hingga kini, pepatah atau ungkapan itu masih terlihat dari hubungan sesame negeri di maluku dengan dari modal sosial kultural di Maluku seperti budaya pela gandong.
Beilohi Amalatu dengan sapaan negeri Ulath, di Pulau Saparua, Pulau Lease, Maluku Tengah menunjukan prinsip orang basudara itu dengan membantu saudara sekandungnya “gandong” dari Pulau Buano di Kecamatan Huamual Belakang, kabupaten Seram Bagian Barat.
3 Negeri Satu gandong atau kandung adalah Buano di Seram Barat, Oma di Pulau Haruku, dan Ulath di Pulau Saparua.
Konser Amal dari warga Beilohy Amalatu digelar untuk membantu Negeri Buano Utara dari bencana alam banjir yang terjadi sejak tanggal 26 februari 2020 lalu.
Konser tersebut, diprakarsai oleh pemuda Beilohy Amalatu, dengan melakukan konser music untuk bencana alam yang melanda negeri kaka sekandungnya itu.
Konser amal ini menghadirkan sejumlah artis lokal di Maluku seperti penyanyi asal negeri Ulath Chaken Supusepa, Roy Tuhumury, Jeane, dan sejumlah penyayi ambon lainnya.
Konser Amal bertemakan “Peduli Bencana Alam di Negeri Gandong Buano” digelar di depan Indomaret Rijali, kamis (5/3/2020) sekira pukul 12.00 WIT.
Ketua pelaksana konser amal Beilohi Amalatu, mengatakan konser amal yang dilakukan adalah untuk penggalangan dana untuk bantuan ke Buano Utara.
” Katong ini sebenarnya gandong. Kaka tertua itu Buano, yang kedua negeri Oma di Haruku, dan Kami Ulath merupakan adik bungsu. Jadi kami merasa terpanggil karena peristiwa banjir melanda Buano membuat kami harus membantu,” kata Robert Sapulette, Ketua Pemuda Beilohy Amalatu Kota Ambon.
Menurut Sapulette, bantuan yang tak kunjung datang di Buano Utara membuat mereka sebagai saudara sekandung harus turun jalan untuk membantu saudara mereka yang tertimpa bencana.
“ iya Buano bersuara, meminta tolong untuk kondisi mereka yang memprihatinkan. Kami sebagai adik bungsu tak tega melihat saudara kami menderita. Kami pun harus membantu,” terang Sapulette.
Kata Sapulette, dengan konser amal mereka sekiranya bisa membantu meringankan kondisi saudara mereka yang masih memprihatinkan itu.
Rencananya, konser amal ini akan terus dilakukan di sejumlah titik di kota ambon, untuk membantu Pulau Buano Utara, seram bagian barat.
Sementara itu, bencana alam yang terjadi di Buano Utara sejak 26 februari 2020 lalu menimbulkan keresahan dari warga setempat.
Menurut Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Buano Utara, Bakri Nanilette saat ini sekitar 119 rumah warga yang tergenang banjir, namun sejauh ini belum ada tim dari pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat yang datang untuk membantu warga setempat.
“Kita hitung ada sekitar 119 rumah yang tergenang banjir. Kepala keluarga ada 141. Dan 716 jiwa warga yang saat ini mengungsi. Yang paling parah itu yang berada di sekitar danau, mereka sudah mengungsi semua,kalau yang jauh dari permukiman warga itu ketinggian genangan mencapai lutut orang dewasa,”jelasnya.
Dia mengaku banjir di desanya kerap terjadi saat hujan lebat mengguyur desa itu. Dia pun berharap agar pemerintah segera mengatasi penyebab banjir agar warga tidak selalu merasa resah saat musim penghujan tiba.
Menurutnya, berdasarkan data dari desa setempat, dari ratusan jiwa yang mengungsi terdapat sebanyak 256 siswa TK, SD, SMP dan SMA. “Untuk TK berjumlah 38 anak, SD 98, SMP 52 dan 68 siswa SMA,” kata Bakri
Sebelumnya diberitakan, kurang lebih 119 unit rumah warga Desa Buano, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), terendam air. Mereka terpaksa mengungsi di dataran tinggi atau yang tidak tergenang air akibat meluapnya Danau Namaola, Rabu (26/2), pukul 09.20 WIT.
“Sementara ini kami sudah melakukan koordinasi dengan pihak BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat, dan ada bantuan bahan pangan seperti beras dan juga mie instan. Kami berharap agar segera ada perhatian perhatian dari pemerintah untuk segera melakukan penanggulangan karena ini sudah berulang kali dibicarakan sejak tahun 2005 silam,”harapnya.
Sebelumnya pekan lalu kata Bakrie, BPBD setempat berjanji akan menurunkan alat penyedot air atau alkon kepada masyarakat setempat, namun hingga kini tidak dipenuhi.
“ untuk saat ini belum ada penanganan dari pemerintah kabupaten. Kami juga belum mengetahui apakah saat ini warga juga terjangkit penyakit atau tidak. Namun menurut pihak puskesmas, masyarakat masih aman dari gangguan penyakit akibat banjir ini,”jelas dia (TS-01)
Discussion about this post