titastory, Seram Timur – Hujan deras yang mengguyur Kepulauan Maluku sejak beberapa hari terakhir kembali memicu bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah. Tak hanya melanda Pulau Ambon, bencana serupa juga terjadi di Pulau Seram, tepatnya di Negeri Sabuai, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), pada Jumat, 11 Juli 2025.
Air bah dari luapan kali Tunsa merendam permukiman warga. Tingginya mencapai lutut orang dewasa, bahkan masuk ke dalam rumah-rumah warga. Sejumlah video dan foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kondisi terkini Desa Sabuai yang dikepung banjir.
Namun, bagi warga, ini bukan semata bencana akibat curah hujan tinggi. Mereka mengaitkannya dengan kerusakan ekologis yang terjadi sejak hutan-hutan di sekitar desa dibabat oleh CV Sumber Berkat Makmur (SBM) antara 2019 hingga 2021.
“BANJIR WARISAN KORPORASI,” tulis akun Facebook @Alifuru Hatuhari dalam unggahannya yang kini ramai dibagikan. Ia menyebut bahwa sejak pembalakan hutan oleh CV SBM, banjir menjadi bencana rutin tahunan di desa mereka.
“Dulu sebelum hutan kami digunduli, banjir tak separah ini. Sekarang, tiap hujan besar, rumah kami terendam. Sungai meluap, tanah tak bisa lagi menyerap air,” ujar Hatuhari dalam unggahannya.
Warga Sabuai sebagian besar adalah petani yang menggantungkan hidup dari alam: pala, cengkeh, kelapa, dan cokelat. Mereka menolak kehadiran industri ekstraktif seperti perkebunan sawit maupun pembalakan liar yang dianggap hanya membawa kerusakan lingkungan.
“Selagi hasil kopra bisa menghidupi keluarga, pala dan coklat menyekolahkan anak-anak, dan cengkeh menyalakan kompor setiap hari, kenapa kami harus memilih sawit yang merusak alam pemberian Tuhan?” tulis Hatuhari lagi.

Desa Sabuai sempat menjadi sorotan publik pada 2020 lalu, saat sejumlah pemuda adat ditangkap karena menolak aktivitas CV SBM yang dianggap merusak hutan adat mereka. Penolakan warga bukan tanpa dasar—sebab kini, bencana ekologis datang mengetuk pintu rumah mereka hampir setiap tahun.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur tidak lagi mengabaikan situasi ini. Mereka menagih janji slogan “Gerak Cepat” yang selama ini digaungkan Pemda.
“Semoga Pemda SBT dengan slogan Gerak Cepat-nya tidak berlambat-lambat dalam merespon persoalan ini,” tulis Alifuru.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur terkait banjir yang melanda Desa Sabuai.

Sumber: Jurnalis Warga