Banjir dan Longsor Terjang Puluhan Wilayah Sumatera: Aceh, Sumatera Utara Hingga Sumatera Barat Lumpuh

28/11/2025
Keterangan gambar: Foto udara pengendara melintasi jalan nasional Medan-Banda Aceh yang terendam banjir di Desa Peuribu, Arongan Lambalek, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27:11). (SUMBER FOTO- ANTARA)

Jakarta, – Puluhan wilayah di Pulau Sumatera pada Rabu–Kamis (26–27/11) lumpuh diterjang banjir dan tanah longsor. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun terus-menerus sejak awal pekan memicu luapan sungai, merendam permukiman, menutup akses jalan, dan menyebabkan korban jiwa di sejumlah daerah. Data yang dihimpun  (BNPB) menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi basah mendominasi kejadian bencana di Aceh dan Sumatera Utara dalam dua hari terakhir.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa curah hujan ekstrem melanda banyak wilayah Sumatera secara bersamaan.

“Laporan masuk dari hampir seluruh wilayah di Aceh dan Sumatera Utara. Beberapa lokasi sampai saat ini belum bisa dijangkau karena akses jalan terputus dan komunikasi yang masih terganggu,” ujarnya.

 

Aceh

Di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, banjir merata melanda empat kecamatan dan 43 gampong setelah hujan mengguyur tanpa henti sejak Senin pagi. Lebih dari seratus kepala keluarga mengungsi ke lokasi aman, sementara pendataan masih berlangsung. Genangan belum surut dan beberapa kawasan tidak dapat dilewati kendaraan. BPBD, TNI–Polri, Damkar, relawan ERPA, dan masyarakat bergerak mengevakuasi warga serta mendirikan dapur umum di beberapa titik.

Wilayah Aceh lainnya mengalami situasi serupa. Di Kabupaten Aceh Barat, luapan DAS Krueng Woyla dan Meureubo merendam 16 gampong di empat kecamatan. BPBD mengerahkan perahu karet untuk mengevakuasi warga Sungai Mas yang terisolir. Sedikitnya 183 kepala keluarga terdampak dan puluhan lainnya mengungsi. Pemerintah daerah menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi sejak September dan masih berlaku hingga akhir Desember.

Keterangan gambar: Foto udara permukiman penduduk yang terendam banjir di Desa Teupin Peuraho, Arongan Lambalek, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27:11). (SUMBER FOTO- ANTARA)

Bencana terparah terjadi di Aceh Utara, di mana banjir melanda 130 gampong di 17 kecamatan. Total 2.668 kepala keluarga terdampak, dan 1.270 kepala keluarga mengungsi. Kerusakan material mencakup ribuan rumah, ratusan hektare sawah, hingga ratusan tambak ikan di sepanjang pesisir timur. Padamnya listrik dan putusnya jaringan komunikasi menghambat upaya pendataan dan evakuasi. BPBD setempat mengaktifkan pos siaga 24 jam dan meminta dukungan alat berat untuk normalisasi aliran air.

Air kembali naik di Aceh Timur setelah hujan deras kembali turun. Sedikitnya 29.706 jiwa dari 124 gampong terdampak. Rumah-rumah kembali terendam, fasilitas pendidikan dan ibadah rusak, beberapa jalan terputus, dan jembatan mengalami rusakan struktural. Lebih dari 2.400 jiwa harus meninggalkan rumah dan mengungsi di masjid, meunasah, dan rumah kerabat. Sementara di Aceh Singkil, kondisi tidak membaik. Banjir meluas ke tujuh kecamatan dengan 25 ribu lebih jiwa terdampak, sementara ratusan rumah mengalami kerusakan.

Keterangan gambar: Kondisi Kampung Toweren Lut Tawar Takengon. Sumber Foto: @Akun Facebook Halo Aceh

Di Kabupaten Bireuen, banjir masih menggenangi sejumlah desa sejak Minggu dini hari. Warga terpaksa menetap sementara di meunasah sambil menunggu air surut. Beberapa akses ke perkebunan warga terputus dan belum dapat dilalui sejak awal pekan.

 

Sumatera Utara

Bergeser ke Sumatera Utara, situasi juga tidak kalah mengkhawatirkan. Banjir bandang menerjang Humbang Hasundutan pada Selasa malam. Air bah datang tiba-tiba membawa material kayu dan lumpur dari perbukitan, meluluhlantakkan rumah warga dan menyeret siapa pun yang berada di sekitarnya. Lima warga ditemukan meninggal, empat masih hilang, dan tujuh lainnya luka berat. Tim gabungan TNI–Polri, BPBD, Basarnas, dan relawan terus melakukan pencarian, namun medan berat dan banyaknya material longsoran memperlambat operasi. Enam rumah dilaporkan rusak berat dan sejumlah akses jalan tertutup material.

Di Deli Serdang, banjir merendam dua kecamatan akibat kombinasi hujan dan pasang air laut. Sebanyak 427 rumah terendam dan ratusan warga mengungsi ke masjid setempat. Lahan persawahan seluas lebih dari satu hektare ikut rusak.

Di Pakpak Bharat, banjir bandang melanda lima kecamatan dan menewaskan satu orang. Dua rumah rusak berat dan satu akses jalan tidak dapat dilewati, sementara petugas kesulitan menjangkau beberapa titik karena medan yang licin dan terjal. Kebutuhan mendesak seperti logistik, alat komunikasi, dan peralatan evakuasi sangat diperlukan.

Kabupaten Tapanuli Tengah juga masih terendam. Banjir melanda 11 kecamatan sejak pertengahan November, berdampak pada hampir dua ribu kepala keluarga, merusak fasilitas pendidikan dan rumah ibadah, serta menutup jalur lintas antarwilayah. Petugas harus mengevakuasi warga menggunakan perahu dan membersihkan material longsor di jalur-jalur utama.

Di Tapanuli Utara, banjir mulai surut, tetapi longsor meluas ke lima kecamatan. Tiga warga meninggal, lima hilang, dan 19 kepala keluarga mengungsi setelah empat rumah tertimbun material longsor. Pemadaman listrik total membuat koordinasi penanganan darurat semakin sulit. Pemerintah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari.

Keterangan gambar: Banjir yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara, Selasa (25:11). Sumber foto: BPBD Kabupaten Tapanuli Tengah

Sementara itu di Tapanuli Selatan, dampaknya jauh lebih besar. Lima belas orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka akibat banjir dan tanah longsor yang merusak lebih dari 300 rumah. Sedikitnya tiga ribu kepala keluarga mengungsi ke lokasi aman. Pemerintah daerah memerlukan logistik besar, mulai dari paket sembako, tenda keluarga, perahu karet, hingga ratusan kasur lipat untuk penanganan awal.

Di Padang Sidempuan, banjir meluas di tiga kecamatan, sementara satu orang masih hilang terseret arus sungai. Sedangkan di Mandailing Natal, banjir belum surut di sembilan kecamatan dengan total 23 desa terdampak. Ratusan rumah rusak, satu jembatan putus, dan belasan hektare lahan pertanian terendam.

Abdul Muhari mengingatkan bahwa potensi hujan ekstrem masih tinggi dalam beberapa hari mendatang.

“Kami mengimbau masyarakat di wilayah rawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera mengevakuasi diri bila air mulai naik. Posko pengungsian telah disiapkan di berbagai lokasi,” ujarnya.

 

Sumatera Barat

Bencana Alam juga terjadi di Kota Padang,  Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), sepanjang hari ini, Kamis (27/11). Hujan mengguyur wilayah ini dan Bencana hidrometeorologi basah tak bisa dihindari menerjang beberapa titik di wilayah kota. BPDB setempat didukung dengan BPBD provinsi serta dinas terkait, termasuk TNI-Polri, melakukan penanganan darurat di lokasi terdampak.

Pantauan pagi ini, Kamis (27/11), arus banjir dengan volume debit air besar menerjang sejumlah rumah yang berada di bantaran Sungai Minturun. Material batang pohon dan lumpur merusak rumah warga di Lubuk Minturun, Koto Tengah, Kota Padang. Terdapat 4 warga meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Beberapa rumah mengalami kerusakan saat kejadian berlangsung pada dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB.

Keterangan gambar: Potret kerusakan akibat banjir yang membawa material pohon dan lumpur di pemukiman rumah warga di wilayah Lubuk Minturun, Koto Tengah, Kota Padan, Sumatra Barat, pada Kamis (27/11).

Selain banjir bandang di Lubuk Minturun, jembatan penghubung di Koto Luar, Kecamatan Pauh, Kota Padang, putus akibat struktur jembatan yang dihantam material yang hanyut terbawa arus banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang masih memprioritaskan penanganan darurat, seperti evakuasi, pengamanan di lapangan yang berpotensi mengancam keselamatan warga dan pelayanan warga yang terdampak.

Keterangan gambar: Jembatan Gunung Nago putus akibat banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Pauh, Kota Padang, Kamis (27/11).

Data Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi Sumbar mencatat cuaca ekstrem berdampak di 17 kelurahan di 7 kecamatan di Kota Padang. Cuaca ekstrem tersebut menyebabkan banjir, longsor dan sejumlah pohon tumbang di 14 titik. BPBD setempat masih melakukan pemutakhiran data dampak bencana hingga sore ini.

Sementara itu, dalam rapat tingkat menteri yang diselenggarakan secarar virtual sore ini, Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar Vasko Ruseimy menyampaikan, jajarannya dari unsur organisasi perangkat daerah bersama TNI-Polri terus melakukan operasi penanganan darurat.

“Data terakhir di Sumatra Barat, korban meninggal dunia sebanyak 12 orang dan warga terdampak sekitar 12.000 jiwa,” ujar Vasko.

Keterangan gambar: Potret kerusakan akibat banjir yang membawa material pohon dan lumpur di pemukiman rumah warga di wilayah Lubuk Minturun, Koto Tengah, Kota Padan, Sumatra Barat, pada Kamis (27/11).

Pada kesempatan itu, Wagub menambahkan beberapa tantangan yang dihadapi di antaranya pembersihan material, akses komunikasi dan perbaikan darurat infrastrutkur vital.

“Titik longsor di badan jalan yang amblas, pohon tumbang di beberapa kabupaten dan kota,” tambahnya.

Keterangan gambar: Potret kerusakan akibat banjir yang membawa material pohon dan lumpur di pemukiman rumah warga di wilayah Lubuk Minturun, Koto Tengah, Kota Padan, Sumatra Barat, pada Kamis (27/11).

Terkait dengan penetapan status, Wakil Gubernur Sumbar menjelasan pihaknya telah menetapkan status tanggap darurat dan juga beberapa kabupaten dan kota yang terdampak cuaca ekstrem. Sejumlah wilayah akan menyusul dalam penetapannya, ujar Wagub.

BNPB meminta seluruh pemerintah daerah mempercepat pendataan, membuka akses jalan dengan dukungan alat berat, serta memastikan logistik mencukupi untuk kebutuhan para pengungsi. Situasi bencana masih terus dipantau hingga kondisi kembali stabil.

error: Content is protected !!