titastory.id, deli serdang – Banjir bandang melanda Dusun Dua, Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (23/11) malam, menyebabkan empat warga meninggal dunia dan dua lainnya hilang. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 19.00 WIB ini juga mengakibatkan sembilan orang luka-luka, serta merusak satu rumah ibadah dan empat rumah warga yang terseret arus.
Korban Jiwa dan Kerugian
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengonfirmasi identitas korban meninggal dunia sebagai berikut:
- Kartini Sitepu (65 tahun, perempuan)
- Elsie Nadinda Rahel Simajuntak (3 tahun, perempuan)
- Br Ginting (81 tahun, perempuan)
- Perdamenta (35 tahun, jenis kelamin belum teridentifikasi)
Sementara itu, dua warga yang masih dalam pencarian adalah:
- Budi Utama Simanjuntak (30 tahun, laki-laki)
- Gerge Barus (40 tahun, laki-laki)
“Kondisi banjir saat ini telah surut, tetapi upaya pencarian terhadap dua warga yang hilang masih terus dilakukan sejak Minggu pagi (24/11),” ujar Abdul Muhari.
Langkah Tanggap Darurat
BPBD Kabupaten Deli Serdang bekerja sama dengan TNI, Polri, dan unsur Forkopimda terus melakukan pendataan kerugian, penanganan warga terdampak, dan penyelidikan penyebab banjir bandang ini. Tim gabungan juga bergerak untuk mengevakuasi warga dan membersihkan puing-puing di lokasi terdampak.
Menurut laporan, banjir bandang dipicu oleh hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sepanjang Sabtu sore hingga malam. Tingginya intensitas hujan menyebabkan aliran air sungai meluap dan membawa material seperti kayu dan batu ke pemukiman warga.
Prakiraan Cuaca dan Imbauan Kewaspadaan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Desa Martelu cenderung cerah berawan hingga hujan ringan selama tiga hari ke depan. Namun, masyarakat dan tim pencarian diimbau tetap waspada karena perubahan cuaca dapat terjadi sewaktu-waktu.
Pemerintah daerah diminta segera menyiapkan langkah antisipasi untuk meminimalkan risiko bencana serupa di masa mendatang. Hal ini termasuk mitigasi risiko bencana seperti normalisasi sungai, perbaikan infrastruktur pengendali banjir, dan peningkatan kapasitas warga dalam menghadapi situasi darurat.
Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di wilayah dengan potensi hujan lebat dan topografi rawan seperti Sibolangit. (TS-01)
Discussion about this post