TITASTORY.ID – MIKHAIL Aleksandrovich Bakunin lahir pada 30 Mei (18 Mei, Versi Lama) 1814 di Premukhino, Tver Province. Ia adalah putra tertua dari tuan tanah kecil di provinsi itu. Hingga remaja, ia hidup di perkebunan keluarganya, untuk kemudian dikirim mengikuti Sekolah Artileri di St. Petersburg. Ia sempat menjadi perwira militer, namun pada 1835, ia absen dan mengundurkan diri dari posisinya (beberapa sumber mengatakan ia diberhentikan karena alasan disiplin). Dia membenci kehidupan militer, dan itu dibuktikan dengan surat-suratnya di sepanjang waktu yang penuh dengan ungkapan jijiknya atas dunia kemiliteran. Pada 1840, dengan pemikiran bergejolak, ia melakukan perjalanan ke Berlin untuk menyelesaikan pendidikannya. Di sana ia bertemu dan bergabung dengan Hegelian Muda (Junghegelianer).
Karl Heinrich Marx lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, Provinz Niederrhein, Prussia. Marx dilahirkan dalam keluarga Yahudi dengan kondisi ekonomi kelas menengah. Meskipun di masa mudanya Karl kurang dipengaruhi agama, latar belakang Yahudinya membuatnya terkena prasangka dan diskriminasi yang mungkin membuatnya mempertanyakan peran agama dalam masyarakat. Pada 1830 dia bersekolah di ekolah menengah Trier. Pada Oktober 1835 ia diterima sebagai mahasiswa di Universitas Bonn.
Dia memimpin Tavern Club, yang bertentangan dengan asosiasi mahasiswa aristokrat, dan bergabung dengan klub penyair yang mencakup beberapa aktivis politik. Marx lalu meninggalkan Bonn setelah satu tahun dan pada Oktober 1836 terdaftar di Universitas Berlin untuk belajar hukum dan filsafat. Pengalaman penting Marx di Berlin adalah pengenalannya pada filsafat Hegel dan kepatuhannya pada Hegelian Muda.
Di Berlin, keduanya menjadi teman sekelas. Tetapi karena perbedaan jalan akhirnya menjadikan keduanya rival bebuyutan.
Hubungan antar keduanya memang tidak pernah hangat sejak awal, namun kian memburuk setelah Marx pada 1848 menerbitkan laporan George Sand di Neue Rheinische Zeitung, yang memfitnah bahwa Bakunin adalah agen pemerintah Rusia (Namun Marx pada 1864 meyakinkan Bakunin bahwa ia tidak berperan menyangkut artikel yang memfitnah itu). Hal ini diperparah karena Bakunin, memang punya kecenderungan buruk atas sikap anti-semit dan beberapa kali menyindir Marx sebagai seorang Yahudi.
Untuk perdebatan yang lebih teoritik, kita bisa merujuk pada pertengkaran besar dan berlarut-larut antara keduanya. Semuanya dimulai dari International Workingmen’s Association (IWA), yang mencatatkan kesan bagus pada Bakunin, yang kontan sepakat bekerja untuk asosiasi itu di Italia. Pada 1868, ketika Bakunin bergabung ke cabang Jenewa dari IWA dan setahun berikutnya ia bertindak sebagai delegasi ke Kongres Keempat IWA di Basel. Ia segera memperoleh dukungan dari kalangan para pembuat arloji di kawasan berbahasa Perancis di Jura, Swiss, yang memberi ia markas di sana dan Bakunin pun terus memperluas pengaruhnya di kalangan buruh khususnya di Perancis dan Italia. Kamerad Italianya, Giuseppe Fanelli, pergi ke Spanyol dan dengan cepat mengkonversi Federasi Spanyol menjadi berada dalam program kolektif dan federalis ala Bakunin.
Deru sengketa antara Marx dengan Bakunin dan Marx akhirnya mengemuka dalam Kongres IWA di Basel pada September 1869. Suara untuk Bakunin hanya 12/75 delegasi, namun kekuatan orator dan karisma kehadirannya nyaris membuat Kongres menyambut ajuannya untuk menghapus hak pewarisan sebagai satu kondisi yang harus ada bagi emansipasi kerja buruh. Pengikut Marx menegaskan bahwa mengingat pewarisan properti adalah semata produk sistem properti, maka akan lebih baik untuk menyerang sistem itu sendiri.
Dalam hasil akhirnya, kedua ajuan tersebut ditolak , namun isu tersebut mengarahkan para partisan properti kolektif terpecah menjadi dua faksi yang saling bertentangan. Mereka yang mendukung Marx dalam memajukan kepemilikan properti kolektif di bawah Negara disebut komunis negara atau komunis otoritarian, sementara mereka yang bersepakat dengan Bakunin untuk memajukan kepemilikan langsung di bawah asosiasi buruh disebut komunis anti-otoritarian, komunis federalis, komunis anarkis.
Setelah kejatuhan Kerajaan Kedua dan pendirian Republik Ketiga, Bakunin pergi ke Lyon pada September 1870 bersama beberapa anggota aliansi Klandestinnya untuk mengompori kebangkitan yang ia harapkan. Dengan bantuan Jenderal Cluseret, Bakunin mengambil alih Balaikota Lyon dan dengan segera mendeklarasikan penghapusan Negara. Pada 25 September 1870 poster-poster bertengger di tembok-tembok kota mengumumkan 7 pasal mengenai apa yang harus dilakukan warga Lyon dengan dibubarkannya negara. Pemberontakan itu berakhir dengan memalukan dan Marx mencemooh rivalnya yang berapi api itu.
Namun, hal itu menandai dimulainya gerakan revolusioner yang memuncak pada Komune Paris pada musim semi berikutnya, dimana sekalipun para politikus Jacobin menguasai mimbar, toh kontrol kota ada di tangan para anarkis proudhonian dan bakuninis. Dan Akhirnya, Komune Paris tidak menghasilkan kesimpulan dan kesepakatan apapun pada kedua belah pihak . Konflik menyusul dalam Kongres Internasionale Pertama pada 1872 di Den Haag, ditandai dengan meledaknya perdebatan antara pengikut Bakunin dan Karl Marx. Hal itu telah menjadi jelas dalam Internasional, ada beberapa ketidaksepakatan mendasar mengenai peran dan struktur yang tepat.
Marx dan pengikutnya menekankan pentingnya menciptakan partai politik sosialis dengan otoritas eksekutif pusat sebagai bagian dari strategi mereka untuk perubahan sosial. Marx meyakini bahwa sifat eksploitatif dari negara merupakan cerminan eksploitasi ekonomi dari kelas yang berkuasa. karena itu, negara tidak lain adalah sebuah instrumen yang tepat untuk revolusi hanya jika itu berada di dalam kelas yang tepat, yakni kelas proletariat. Sementara mereka yang anti otoritarian menganjurkan revolusi sosial melalui sebuah aksi langsung dari serikat pekerja. Para anarkis menekankan bahwa secara internasional, IWA harus selalu mengambil posisi anti-statis, bahwa organisasi internalnya harus konsisten dengan cita-citanya, dan jangan sampai mereplikasi institusi otoriter yang ingin digulingkan.
Konferensi pengganti di London pada 1871 yang sedianya dilangsungkan di Paris, tidak mengundang pendukung Bakunin dari Swiss. Marx juga mencuri panggung dengan memanipulasi laporan Sidang Internasionale untuk memastikan kalahnya si anarkis tersebut. Markas besar Internasionale pindah ke New York, sehingga membuat golongan anarkis menjadi praktis mustahil bisa menghadiri sidang dan menyampaikan pendapatnya.
Sumber : Rekam Sejarah
Referensi : Putra, Bima Satria (2018). Perang Yang Tidak Akan Kita Menangkan. Yogyakarta : Pustaka Catut.
Ryan, Allan. And others (2019). Mikhail Bakunin: Russian Anarchist. Diakses pada 3 Mei 2021. Dari http*s://www*britannica.c*om/biography/Mikhail-Bakunin
McLellan, David T. (2022). Karl Marx : German Philosophist. Diakses pada 4 Mei 2021. Dari http*s://www*.britannica*.com/biography/Karl-Marx
Discussion about this post