Anak Nelayan Pesisir Kei Besar Belajar Bahasa Inggris Bersama Profesor Asal New York

by
06/08/2024

titastory.id, maluku tenggara – Pelaksanaan English Camp dan Pembinaan Kepribadian Anak-Anak Nelayan Pesisir Kei Besar, adalah realisasi dari hubungan kemitraan dalam kaitan dengan transfer ilmu bahasa asing, pembinaan karakter dan kepribadian generasi muda di Kepulauan Kei Besar.

Berlokasi di Desa Bombay, Kecamatan Kei Besar, tepatnya di Learning Center Santa Brigitta, english camp berlangsung selama 4 hari, yakin 3-7 Agustus 2024 menghadirkan tiga profesor dari Kota New York.

Ketua Yayasan Pemberdayaan Pesisir Nuhu Yuut, Samuel Jeujanan, kepada titastory.id, di kediamannya, Senin (5/08/2024) menerangkan, sebagai kawasan pesisir umumnya diperhadapkan dengan realitas kemiskinan, pengangguran dan persoalan sosial lainnya. Menjadi tanggung jawab bersama, agar bisa keluar dari situasi ini, perlu pembentukan sumber daya manusia.

“ Sasaran kita adalah anak – anak nelayan usia sekolah SD dan SMP. Kenapa?, karena yayasan ini memiliki pleaning, bahwa jangka waktu 10–20 tahun kedepan penerus di Daerah Kei Besar harus berubah dari kondisi sekarang,” ucap Samuel.

Menurutnya, diaugerahi dengan potensi alam, baik hasil laut, keindahan pantai dan gugusan pulaunya, namun jika SDM masih rendah, maka semua itu belum bisa dikelola secara maksimal.

Agenda english camp dengan menghadirkan fasilitator dari Amerika, New York menjadi rangsangan bagi anak – anak nelayan untuk bisa berbahasa Inggris.

“Kedepan masyarakat harus mandiri, dan untuk tujuan itu maka diperlukan penyiapan sumber daya manusia, akan muncul generasi emas yang unggul.” terangnya.

 

Keterangan Gambar : Prof, Marshella Lie saat menerima pengalungan Selendang. Foto Edi Waas

Prof, Marshella Lie, Director Of Cuny Indonesia Programs menerangkan, English Camp bertujuan mengajarkan anak – anak di Pesisir Kei Besar untuk bisa bahasa Inggris dasar.

Dia berharap, kegiatan dalam kaitan dengan transfer bahasa Inggris bisa berdampak pada masa depan pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga “kata Marshella”, sebagai langkah awal sehingga tujuan pengembangan pariwisata di Kawasan Kei Besar bisa terjawab. Dimana anak anak nelayan ini akan mampu dan bisa menyesuaikan diri jika ada tamu atau wisatawan dari luar negeri.

“ Ini tujuan kami ke sini, saya ditemani Profesor Cyntia dan Profesor Linda harapan kami ada nilai yang bisa kami berikan,  ada nilai yang anak anak ini dapatkan demi pengembangan diri di sekolah, atau nantinya ketika mencari lapangan pekerjaan termasuk upaya untuk pengembangan Kepulauan Kei Besar sebagai lokasi tujuan pariwisata ,” jelasnya.

Keterangan Gambar : Prof, Cynthia Wiseman saat menerima pengalungan Selendang. Foto Edi Waas

Senada, Prof, Cynthia Wiseman menerangkan kehadirannya bersama tim berkeinginan agar anak – anak nelayan di Kei Besar bisa menggunakan bahasa inggris di kehidupan hari- hari. Tiba di Desa Bombay, Prof. Cynthia menemukan pengalam baru. Dia bahagia dengan pertunjukan nyanyian dan tari – tarian.

“ Saya menemukan pengalaman baru, saya senang karena tarian dan nyanyiannya. Saya suka sekali karena mereka sangat antusias, “ kata Cynthia lewat terjemahan Prof, Marshella Lie.

Sekretaris Yayasan Yayasan Pemberdayaan Pesisir Nuhu Yuut, Patrisius Anselmus Jeujanan MSC, menerangkan, kerjasama dengan profesor di of new york bertujuan memberikan motivasi kepada anak – anak nelayan di pesisir Kei Besar untuk bertumbuh dan berkembang, mengingat mereka memiliki sejumlah keterbatasan, baik akses, sarana prasarana dan keterbatasan untuk maju ke depan.

Keterangan Gambar : Ekspresi Pastor Patrisius Anselus Jeujanan saat menerima rombongan. Foto Edi Waas

“Kerja sama dengan luar adalah bagian dari motivasi, sehingga anak – anak di pesisir ini memiliki keberanian,“ terang pimpinan umat katolik di Desa Bombay ini.

Selain itu, juga membuka kesempatan ke pihak lain untuk turut berkontribusi bagi daerah ini dan membuka jaringan kerjasama.

“ Ya Yayasan ini bertanggungjawab dalam hal membangun komunikasi, sehingga membuka ruang ke pihak lain untuk turut berkontribusi dalam pengembangan di kawasan pesisir, sekaligus membuka ruang kerjasama,” tutup Pastor.

Keterangan Gambar : Menikmati Transportasi Laut di Perairan Kepulauan Kei Kecil, Malra . Foto Edi Waas

Setelah mengarungi lautan menggunakan transportasi laut, kedatangan Profesor Marshela Lie dan rombongan disambut dengan nyanyian dan tarian tradional dan ritual adat. Keharuan terpancar saat dilakukan pengalungan selendang atau sial. Rombongan kemudian diiring warga Desa Bombay ke Learning Center Santa Brigitta dengan berjalan kaki. (TS-03)

error: Content is protected !!