titastory.id, haltim-Berkurangnya kawasan hutan di Halmahera Timur, dampak dari kehadiran industri tambang i nikel dan investasi lainnya, menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak. Alih-alih kesejahteraan yang didapat masyarakat, bencana yang terlebih dahulu datang menghadang.
Sejumlah desa di kawasan Lingkar Tambang, nyaris tenggelam diterjang banjir beberapa waktu lalu, sehingga warga harus mengungsi. Kejadian ini menjadi catatan penting bagi pemangku kepentingan, karena bencana ini bakal terulang kembali setiap musim penghujan.
Menyikapi kondisi tersebut, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Halmahera Timur (Haltim), mengajak masyarakat adat untuk menyelamatkan hutan yang masih tersisa.
Ajakan ini disampaikan Ketua Pengurus Harian Daerah AMAN Kabupaten Halmahera Timur, Defris Dubulie, saat menyalurkan bantuan sosial kepada komunitas adat Maba-Buli di desa Baburino, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, yang terdampak banjir, pekan kemarin.
Defris mengatakan, PD AMAN Hal-Tim selain salurkan bansos, juga melakukan konsolidasi bagi komunitas-komunitas masyarakat adat yang ada di Halmahera timur, untuk bisa mempertahankan wilayah hutan yang masih tersisa.
“Jadi kami (PD AMAN Hal-Tim) bukan hanya sekedar berbagi kasih, sebab hal itu hanya bagian kecil dari dampak yang dialami, sehingga saat ini kami juga melakukan konsolidasi komunitas-komunitas adat yang ada di Halmahera timur supaya kita dapat mempertahankan Wilayah hutan yang masih tersisa,” kata Defris.
PD AMAN kata Dia, bukan hanya hadir untuk memberikan bantuan ketika ada bencana alam, tetapi juga ketika terjadi bencana sosial dan perampasan ruang hidup masyarakat adat.
Saat terjadi bencana sosial terhadap masyarakat yang sudah terorganisir sebagai komunitas masyarakat adat, Defris minta untuk tidak berdiam diri, apalagi ketika terjadi intimidasi dari pihak-pihak tertentu.
‘AMAN tetap akan membantu memperjuangkan hak-hak komunitas adat, apalagi kaitannya dengan keselamatan hutan adat, kami pasti berdiri bersama-sama komunitas masyarakat adat,”tegasnya.
“Tujuan pertama kami datang ke desa Baburino adalah untuk berbagi kasih dengan masyarakat adat lewat penyaluran sembako. Harapannya bantuan yang kami berikan dapat meringankan beban komunitas masyarakat adat pasca terdampak banjir”, sambungnya.
Dalam kegiatan itu, 50 kepala keluarga telah menjadi penerima bantuan sosial yang disalurkan sebagai sikap tanggap bencana dari AMAN.
Sementara itu, Radjus Sabuanga, kepala desa Baburino mengatakan, sangat berterima kasih kepada Pengurus Besar AMAN yang telah menyalurkan bantuan kepada warganya yang menjadi korban banjir.
“Selaku kepala desa, saya sangat berterima kasih kepada teman-teman AMAN yang telah memberikan bantuan kepada warga saya. Walaupun datang dari jauh tetapi dengan rasa kepedulian hati sehingga dapat hadir untuk memberikan bantuan pasca banjir” kata Radjus.
Radjus juga menjelaskan kurang lebih 85 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir. Diakuinya, sebelumnya memang ada banjir didesanya, ttapi tidak separah saat ini.
“Memang sebelumnya ada banjir yang terjadi tapi tidak terlalu besar seperti yang kemarin. Ketika sudah dipasang talud dan saluran air di perbaiki, banjir sudah bisa teratasi. Tetapi karena aktivitas pertambangan nikel dari PT. STS yang beroperasi di belakang desa Baburino, ibarat kata aktivitas tambang diatas atap rumah warga. Sehingga ketika talud penahan air jebol maka banjir langsung merendam rumah warga” tambahnya.
Luapan air kata Rafjus bukan karena luapan air dari kali, tetapi dari areal belakang kampung.
“Untuk itu kami berharap ada upaya dari pihak pemilik perusahaan, agar melihat masyarakat yang hidup dibawah gunung ini, karena yang dibawah ini ada manusia” tukasnya.
Halmahera Darurat Bencana
Afrida Ernangato, anggota Dewan AMAN Nasional, Region Maluku-Maluku Utara menilai kondisi Malut dalam kategori darurat bencana, karena aktivitas pertambangan yang beroperasi.
“Kalau ada kata lebih diatas dari kata darurat atau emergency maka itu lebih tepat menggambarkan kondisi Malut saat ini” kata Afrida.
Afrida juga mengingatkan pemerintah, jangan sampai orang Halmahera akan bangkit seperti orang Papua.
“Saat ini warga Halmahera masih diam, tapi jangan kira kami diam lalu seenaknya di injak-injak. Halmahera Tengah di eksploitasi, Halmahera Timur di Eksploitasi, sehingga dampaknya sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Maluku Utara. Seluruh elemen masyarakat harus sadar, bahwa kita sedang dijajah. Ini bentuk penjajahan di zaman modern” kata Afrida.
Perempuan Adat Terdampak
Perempuan pembela HAM, yang juga ketua dewan AMAN Wilyah Maluku Utara, Novenia Ambeua menjelaskan, dampak yang signifikan dialami oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan bentuk patriarki yang masih kental dalam budaya masyarakat Maluku Utara menjadikan perempuan sebagai korban.
“Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan oleh para laki-laki, sedangkan ketika terjadi peristiwa banjir seperti ini, kaum perempuan hanya menjadi korban. Para perempuan yang akan kesulitan untuk bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, salah satunya dari hasil pertanian yang kemarin terendam oleh banjir”, kata Novenia.
Novenia menjelaskan bahwa keberadaan perempuan, khususnya di Halmahera timur sangat erat kaitannya dengan alam untuk berkebun. Jenis pekerjaan perempuan dengan laki-laki itu setara, apa yang dikerjakan oleh laki-laki juga bisa dikerjakan oleh perempuan (TS 05)
Discussion about this post