Ada Pamflet Bertuliskan Garuda di Dada-Ku, Perut di Timor Leste, Apa Maksudnya ?

by
22/09/2020
Terlihat Pamflet aksi bertuliskan, “Garuda di Dadaku Perut di Timor Leste” mewarnai jalannya aksi unjuk rasa puluhan masyarakat dan mahasiswa MBD, untuk menolak kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan PT. Inpex Masela Ltd, di depan kantor guber Maluku, senin (21/9) kemarin. Foto : Usman

titastory.id,- SENIN, 21 September 2020 puluhan masyarakat adat maluku barat daya (MBD) yang tinggal di kota ambon berunjuk rasa memprotes pemerintah maluku untuk membatalkan dan menolak kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan PT. Inpex Masela Ltd.

Masyarakat adat dengan tegas menolak seluruh kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan PT. Inpex Masela Ltd, lantara tidak berpihak kepada masyarakat dan juga kabupaten maluku barat daya, (MBD) sebagai daerah yang berdampak langsung dengan pengelolaan gas tersebut.

Aksi unjuk rasa puluhan masyarakat dan mahasiswa MBD ditunjukan dalam sejumlah pamflet dan juga spanduk penolakan terhadap AMDAL Blok Masela.

Terlihat beberapa Pamflet aksi bertuliskan, “Aksi Joget Blok Masela hilang Perawan” dan “Garuda di Dadaku Perutku di Timor Leste” dan “MBD didiskriminasi oleh INPEX” mewarnai jalannya aksi mereka.

Mahasiswa ingin menunjukan bahwa, pemerintah tidak pro terhadap masyarakat MBD yang secara geografis, blok masela berada di bumi Kalwedo.

Teriakan dari para pengunjuk rasa ini pun bermunculan, dari kata-kata sopan hingga makin kepada orang nomor satu di maluku itu. Namun dari sejumlah orasi yang disampaikan, seorang orator yang merupakan mahasiswa asal MBD dengan lantang berteriak “Garuda di Dadaku Perutku di Timor Leste”.

Teriakan Garuda di Dadaku Perutku di Timor Leste, menurut mereka karena telah kesal dengan sikap pemerintah Maluku maupun  pemerintah pusat, karena melakukan tindakan diskriminasi kepada mereka.

Menurut para pengunjuk rasa, secara geografis dan juga budaya mereka lebih dekat dengan Negara Timor Leste, yang masih memiliki hubungan erat. Jarak yang dekat, serta kesamaan cultural dan historis membuat, masyarakat MBD lebih dekat ketimbang provinsi maluku.

“secara cultural dan sejarah, kami lebih dekat dengan Negara Timor Leste. Jika pemerintah masih diskrimasi dan tidak berpihak kepada kami, apa susahnya kami bergabung dan timor leste,” teriak Jordan Samloy seorang orator aksi.

Jordan Samloy menilai pemprov Maluku dan PT Inpex selaku operator telah membuat kebijakan tidak melibatkan Kabupaten MBD adalah sesuatu yang salah.

Masyarakat MBD sangatlah diisolasikan, sementara kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL), MBD termasuk daerah terdampak. “Tinggal di Indonesia, Perut Kita di Timor Leste,” tegas Jordan dalam orasinya itu.

Dimana, dari segi kesehatan, sosial dan ekonomi di Kabupaten MBD, selalu datangnya dari Timor Leste. Fasilitas kesehatan sangatlah tidak memadai.

“beta mau bilang, Garuda di dadaku perut kita Timor Leste. Persoalan sosial selalu di bahwa ke Timor Leste sementara hasil bumi kita banyak,” ujat Jordan Samloy.

Sehingga mahasiswa dalam tuntutannya itu menilai, adanya diskriminasi Pemeprov Maluku PT inpeks, dalam pengelolaan blok masela. Karena, pemprov dan PT Inpeks tidak menghadirkan pemdah MBD dalam apembahasan blok masela.

Begitu pula, tidak ada keterlibatan universitas pattimura (Unpatti) dalam pembahasan analisis dampak lingkunga gas abadi masela.

Aksi unjuk rasa yang digelar oleh gabungan masyarakat dan mahasiswa ini menolak analisis dampak lingkungan oleh pemerintah maupun perusahan PT. Inpex di bumi Kalwedo. Karena, tidak dimasukan MBD sebagai daerah terdampak.

Seruan untuk menemui gubernur Maluku, Murad Ismail gagal . Massa aksi yang saling berlawanan dengan petugas Sat Pol PP dan personil Polresta Pulau Ambon dan Pp Lease. Pintu pagar depan kantor Gubernur Maluku itu, didobrak dan dirusak oleh massa.

Selain itu kekesalan para pengunjuk rasa ini memuncak dengan melakukan aksi bakar-mmebakar didepan pintu gerbang kantor gubernur Maluku. (TS-01)

error: Content is protected !!