Bula, Seram Timur – Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, sejak dini hari Senin (11/11) belum menunjukkan tanda-tanda surut. Warga memilih tetap bertahan di rumah mereka meski air telah menggenangi hingga pinggang orang dewasa, demi menjaga harta benda mereka.
Kawasan terdampak terparah berada di tiga desa: Desa Sesar, Desa Limumir, dan Desa Wailola, Kecamatan Bula. Pada jalur utama jalan lintas provinsi, air tergenang menutupi ruas jalan, sementara ratusan rumah warga dan fasilitas umum seperti masjid dan sekolah pun ikut terendam hingga ketinggian sekitar 50 centimeter.
Penyebab banjir di kawasan tersebut adalah kombinasi curah hujan yang sangat tinggi sejak pukul 22.30 WIT dengan pengaruh pasang maksimal air laut yang dipicu fenomena supermoon. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat bulan berada di posisi terdekat dengan Bumi (perigee) pada fase purnama atau bulan baru — yang dikenal sebagai supermoon — maka gaya tarik gravitasi terhadap laut meningkat, sehingga pasang maksimal air laut dapat menjadi lebih tinggi dari biasanya. Kombinasi antara hujan lebat dan pasang tinggi ini membuat drainase di jalur lintas provinsi dan sungai-kali kecil tidak mampu menampung debit air yang masuk ke pemukiman.

Abu Mahu, Sekretaris Desa Sesar, menjelaskan bahwa hingga siang ini belum ada bantuan mendesak dari pemerintah daerah. Tim dari BPBD Kabupaten Seram Bagian Timur baru mencatat jumlah rumah yang terdampak. Meski demikian warga memilih tidak mengungsi karena ingin menjaga harta benda mereka yang masih terendam sejak malam.
“Kami tetap tinggal di rumah karena harus menjaga barang-barang kami,” ujarnya.
Warga berharap agar pemerintah segera melakukan pengerukan sungai dan perbaikan sistem drainase di sepanjang jalan lintas provinsi dan daerah pemukiman.
