Intan Jaya, Papua Tengah — Ribuan warga di Kabupaten Intan Jaya turun ke jalan pada Selasa (28/10/2025), menuntut keadilan atas penembakan 12 warga sipil oleh aparat keamanan yang terjadi pekan lalu di Kampung Soanggama, Distrik Hitadipa. Aksi damai itu juga menyerukan penarikan pasukan militer non-organik dari wilayah Papua Tengah serta menolak rencana penambangan emas di kawasan Blok Wabu, yang disebut masyarakat sebagai sumber utama penderitaan mereka.
Dalam orasi dan pernyataan sikap yang dibacakan di depan massa, warga menyuarakan jeritan hati yang mereka sebut sebagai “suara rakyat yang hilang di balik moncong senjata.”
“Kami bagaikan binatang buruan di atas tanah kami sendiri. Ruang hidup kami ditutupi oleh kekerasan militer. Sekolah, gereja, dan rumah sakit dijadikan pos militer. Kami kehilangan keluarga — ada yang ditembak, diculik, diperkosa, dan meninggal di tempat pengungsian,” tulis pernyataan rakyat Intan Jaya yang diunggah melalui akun media sosial @Ukago Tonny, dan kini viral di berbagai platform.
Dalam pernyataan itu, warga menegaskan bahwa tanah Wabu bukan sekadar wilayah tambang, tetapi jantung kehidupan masyarakat adat.
“PT Blok Wabu itu kami. Negara merangsang untuk membunuh kami. Wabu itu kebun kami, rumah kami, tempat berburu kami. Jika itu hilang, kami hanya penonton di atas tanah kami sendiri,” tulis mereka.

Massa menuntut empat hal kepada pemerintah pusat dan daerah:
- Menolak operasi tambang PT Blok Wabu.
- Menarik seluruh pasukan militer organik dan non-organik dari Intan Jaya.
- Memulangkan seluruh pengungsi yang masih bertahan di hutan dan daerah sekitar.
- Mengadili pelaku pelanggaran HAM yang menembak warga sipil.

Gelombang Dukungan di Media Sosial
Dukungan terhadap aksi ini juga bergema di dunia maya. Akun @Icha J, yang membagikan foto-foto massa aksi.
“Hanya dua syarat: rakyat sadar dan terpimpin. Kesadaran rakyatlah yang akan menentukan.”
Unggahan tersebut mendapat respons dari warganet yang menyoroti situasi kemanusiaan di Papua dan minimnya akuntabilitas negara atas kekerasan yang terus berulang.
Tuntutan Keadilan dan Akuntabilitas Negara
Gelombang protes ini menambah panjang daftar suara moral dari berbagai elemen di Papua Tengah. Mereka menuntut agar negara tidak lagi menggunakan pendekatan militer untuk menyelesaikan konflik sosial dan ekonomi di wilayah tambang emas tersebut.
“Negara harus bertanggung jawab atas nyawa rakyat yang hilang. Tidak ada kesejahteraan yang bisa dibangun di atas darah dan ketakutan,” ujar salah satu orator dalam aksi tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di Intan Jaya masih dijaga ketat aparat keamanan. Sementara itu, keluarga korban dan para pengungsi terus menunggu langkah nyata dari pemerintah pusat untuk memastikan penegakan hukum dan perlindungan kemanusiaan di tanah Papua.
