Ambon, – Menjelang pemilihan Direktur Politeknik Negeri Ambon (Polnam) periode 2026–2030, perhatian publik tertuju pada proses seleksi dan integritas para kandidat yang akan memimpin perguruan tinggi vokasi tersebut selama empat tahun ke depan.
Sejumlah nama pejabat internal kampus mulai disebut sebagai calon potensial. Namun, di tengah dinamika tersebut, muncul sorotan publik terkait pentingnya rekam jejak moral dan profesionalitas akademik dari para calon pemimpin kampus.
Salah satu calon yang disebut-sebut dalam bursa pemilihan dikabarkan tengah menjadi perbincangan publik setelah namanya muncul dalam pemberitaan sejumlah media daring lokal terkait dugaan persoalan pribadi.
Dilansir dari media online Referensimaluku menyebutkan dugaan perselingkuhan antara Wakil Direktur (Wadir) I Bidang Akademik Polnam Novie Tetelepta (NT). NT disebut pernah menjalin hubungan asmara terlarang dengan Lebrina alias Le, salah satu dosen di Polnam. Le sendiri berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Meski demikian, hingga kini belum ada klarifikasi resmi dari pihak yang bersangkutan maupun dari pihak kampus.
Pihak Polnam sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait isu tersebut. Direktur Polnam, Dady Mairuhu, yang dikonfirmasi terpisah, belum menanggapi permintaan konfirmasi wartawan hingga berita ini diterbitkan.
Seruan untuk Transparansi dan Integritas Akademik
Beberapa pemerhati pendidikan di Maluku menilai, momentum pemilihan direktur seharusnya menjadi ajang memperkuat tata kelola dan transparansi di lingkungan kampus negeri.
Menurut mereka, pimpinan perguruan tinggi bukan hanya berperan dalam bidang manajerial, tetapi juga sebagai figur teladan moral bagi sivitas akademika.
“Pemimpin perguruan tinggi harus bersih secara integritas, berkomitmen terhadap etika akademik, dan mampu membangun kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan tinggi,” ujar Emanuel Sopacua, pemerhati pendidikan Maluku, kepada titastory.id, Kamis (22/10/2025).
Emanuel menambahkan, proses seleksi sebaiknya dilakukan secara terbuka, dengan melibatkan unsur senat, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa sebagai bagian dari transparansi publik.
Harapan terhadap Kementerian dan Senat Polnam
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diharapkan dapat memastikan mekanisme seleksi berjalan objektif, dengan memperhatikan kompetensi akademik, kepemimpinan, serta rekam jejak moral para calon.
“Kita ingin Polnam dipimpin oleh figur kredibel, bukan hanya dari sisi akademik tapi juga integritas personal. Kampus adalah ruang pendidikan karakter, bukan sekadar administrasi pendidikan,” ujar salah satu dosen senior Polnam yang enggan disebut namanya.
Pemilihan Direktur Politeknik Negeri Ambon dijadwalkan berlangsung pada akhir 2025.
Tahapan seleksi mencakup penjaringan calon di tingkat senat, penyaringan administratif, serta uji kelayakan dan kepatutan yang akan diawasi oleh Kemendikbudristek.
Dengan berbagai dinamika yang muncul, publik berharap proses pemilihan berlangsung jujur, transparan, dan berorientasi pada kemajuan kampus.
“Integritas adalah modal utama. Pemimpin kampus bukan sekadar jabatan struktural, tapi cermin moral bagi mahasiswa dan masyarakat akademik,” pungkas Emanuel.
