Seram Bagian Barat, – Potret keterisolasian warga di pelosok Maluku kembali mencuat. Pada Rabu, 8 Oktober 2025, puluhan warga Desa Ahiolo, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, harus bahu-membahu mengevakuasi seorang perempuan sakit, Marce, ke fasilitas kesehatan.
Tanpa akses jalan kendaraan, evakuasi dilakukan dengan cara tradisional: menyeberangi sungai dengan rakit lalu memikul Marce bergantian menggunakan tandu bambu melewati medan hutan dan perbukitan.
“Kami tidak punya pilihan. Ini satu-satunya jalan agar nyawa bisa diselamatkan,” kata seorang warga dalam unggahan di media sosial.

Foto-foto proses evakuasi itu pertama kali diunggah oleh akun Facebook @Miliova Latekay. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan warga menuntun rakit di tengah arus sungai, lalu melanjutkan perjalanan darat sejauh puluhan kilometer sambil memanggul tandu.
Unggahan itu memicu kemarahan publik. “Indonesia belum merdeka. Pemimpin Maluku dan dewan saja yang merdeka,” tulis warganet @Evan Billy Kainama.
Sementara @Frans Upessy, warga lainnya, menulis: “Dari saya belum lahir sampai rambut sudah putih, daerah ini tidak ada perhatian serius. Mana suara anggota dewan dari dapil ini? Jangan cuma duduk menikmati suara rakyat. Hati kalian di mana?”
Ketimpangan yang Tak Kunjung Usai
Bagi warga Elpaputih, kisah seperti ini bukan hal baru. Selama puluhan tahun, keterpencilan membuat akses kesehatan bergantung pada rakit, jalan setapak, dan tenaga gotong royong.
Dalam unggahannya, @Miliova Latekay menulis getir:
“Potret 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Kami, masyarakat desa pegunungan di Kecamatan Elpaputih, masih terisolasi. Kami masih dipandang sebelah mata, bahkan tidak dipandang sama sekali.”
Peristiwa ini menjadi simbol jurang pembangunan yang lebar di Maluku. Di tengah janji pemerataan pembangunan, warga di pegunungan Seram masih harus mempertaruhkan nyawa hanya untuk menjangkau fasilitas kesehatan dasar.
“Di pegunungan Seram, di tahun 2025 ini, harga sebuah nyawa masih harus dibayar dengan perjuangan fisik yang luar biasa,” tulis Latekay.