Hilirisasi Perikanan untuk Kesejahteraan Maluku

19/09/2025

titastory, Ambon – Pemerintah Provinsi Maluku menaruh harapan besar pada program hilirisasi perikanan sebagai jalan keluar dari jerat kemiskinan. Dengan 92,4 persen wilayahnya berupa laut dan garis pantai sepanjang 10.630 kilometer, Maluku diyakini memiliki modal besar untuk menjadi pusat industri perikanan nasional.

Ketua Umum DPP Ikatan Masyarakat Nelayan Maluku (IKMANEMA), Burhanudin Rumbouw, menyebut posisi Maluku sangat strategis dalam percaturan perikanan Indonesia. Maluku memiliki tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)—714, 715, dan 718—yang menyimpan potensi produksi sekitar 4,39 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, tangkapan yang diperbolehkan mencapai 3,28 juta ton atau 36,5 persen dari potensi perikanan nasional.

“Maluku adalah jantung perikanan di kawasan timur yang seharusnya mendapat perhatian besar dalam agenda hilirisasi,” kata Burhanudin di Ambon, Selasa, 16 September 2025.

Keterangan Gambar : Ketua Umum DPP Ikatan Masyarakat Nelayan Maluku (IKMANEMA), Burhanudin Rumbouw, Foto : itin/titastory.id

Potensi Tangkap dan Budidaya

Selain unggul di sektor tangkap, Maluku juga memiliki lahan budidaya laut seluas 495.300 hektare. Namun, baru sekitar 5 persen yang dimanfaatkan. Potensi budidaya air payau juga luas, yakni 191.450 hektare, yang sebagian besar belum tersentuh.

Komoditas unggulan seperti tuna, udang vaname, kerapu, dan kakap telah menembus pasar internasional. Data ekspor semester I tahun 2022 mencatat nilai 18,72 juta dolar AS dengan volume 2,55 juta kilogram dan 100.561 ekor ikan hidup. “Angka ini menunjukkan produk laut Maluku memiliki daya saing, meski masih dalam skala terbatas,” ujarnya.

Burhanudin menilai, sebagian besar hasil laut Maluku masih dijual mentah dan diolah di luar daerah. Maluku, katanya, hanya menjadi pemasok bahan baku tanpa menikmati nilai tambah.

Urgensi Hilirisasi

Menurutnya, hilirisasi perikanan adalah solusi tepat agar masyarakat benar-benar merasakan manfaat kekayaan laut. “Hilirisasi akan menjadikan Maluku bukan sekadar penyedia bahan baku, tetapi pusat industri pengolahan hasil laut,” katanya.

Dampaknya, kata Burhanudin, akan luas: pendapatan nelayan meningkat, UMKM berkembang, lapangan kerja baru terbuka, serta Maluku lebih kuat bersaing di pasar global.

Manfaat dan Strategi

Hilirisasi, menurut Burhanudin, memberi sejumlah manfaat diantaranya:

• Peningkatan nilai ekonomi: produk olahan bernilai tambah lebih tinggi.
• Penciptaan lapangan kerja: terbukanya sektor pengolahan, logistik, dan pemasaran.
• Peningkatan kualitas produk: lebih mudah menembus pasar internasional dengan standar mutu.
• Pemanfaatan optimal sumber daya: kekayaan laut dikelola berkelanjutan.

Untuk percepatan hilirisasi, ia menawarkan sejumlah strategi:

• Pengembangan infrastruktur berupa pabrik pengolahan, gudang berpendingin, pelabuhan perikanan terpadu, dan fasilitas pemasaran modern.
• Pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kapasitas nelayan.
• Kemitraan dengan swasta, BUMN, dan investor asing guna memperkuat rantai pasok.
• Modernisasi teknologi pengolahan, pengemasan, dan distribusi produk agar berdaya saing global.

“Kami optimistis, bila program hilirisasi dijalankan konsisten dan berpihak pada rakyat, Maluku akan mengukir diri sebagai poros maritim di wilayah timur. Waktunya nelayan Maluku tidak lagi menjadi penonton di tanahnya sendiri,” ujar Burhanudin.

Penulis: Christin Pesiwarissa
error: Content is protected !!