Membungkam Kebohongan Dengan Logika Sederhana

31/08/2025
Ketrangan : Gambar Ilustrasi., Foto : Web
Oleh : Muhammad Salim Akbar

titastory, Jakarta – Di zaman banjir informasi seperti sekarang, hoaks, klaim palsu, dan narasi menyesatkan ada di mana-mana. Kita tidak perlu jadi detektif atau ahli debat untuk melawannya. Cukup dengan senjata paling ampuh: logika sederhana. Ini bukan tentang menjadi sok pintar, tapi tentang melindungi diri dan orang sekitar dari informasi yang menyesatkan.

Berikut adalah 5 jurus jitu yang bisa kamu praktikkan:

  1. Ajukan Pertanyaan Apa Saja Bukti yang Mendukung Itu? Ini adalah pertanyaan paling dasar namun paling mematikan untuk sebuah klaim. Ketika seseorang menyampaikan informasi yang terdengar mencurigakan, jangan langsung terima. Minta mereka untuk menunjukkan bukti. Logika sederhana mengatakan: klaim yang luar biasa membutuhkan bukti yang luar biasa pula. Sumber bukti yang valid biasanya berupa data penelitian, statistik resmi, atau laporan langsung dari institusi terpercaya, bukan sekadar screenshot medsos atau kata katanya.
  2. Cari Sumber Aslinya (Cek Sampai ke Akar) Banyak kebohongan tersebar karena kita malas menelusuri sumber. Seseorang membagikan berita dari akun A, yang mengambilnya dari akun B, yang mungkin sudah mengubah judulnya. Logika sederhana mengajak kita berhenti di tengah rantai ini dan mencari sumber primer. Apakah institusi yang disebutkan benar-benar mengeluarkan pernyataan itu? Apakah penelitiannya benar ada? Seringkali, ketika kamu telusuri hingga ke akar, kamu akan menemukan bahwa informasi itu sudah dipelintir atau bahkan tidak ada sama sekali.
  3. Uji dengan Apakah Ini Konsisten dengan Dirinya Sendiri? Kebohongan seringkali mengandung kontradiksi atau ketidakkonsistenan internal. Dengarkan atau baca baik-baik. Apakah pernyataan di awal klaim bertentangan dengan kesimpulan di akhir? Apakah data yang dipakai tidak sesuai dengan narasi yang dibangun? Sebuah argumen yang logis harus konsisten dari awal hingga akhir. Jika ada bagian yang saling membantah, itu adalah lampu merah bahwa ada yang salah dengan informasinya.
  4. Waspadai Fallacy (Jebakan Logika) yang Umum Memahami fallacy, atau kesalahan dalam bernalar, adalah senjata pamungkas. Dua yang paling sering muncul adalah Ad Hominem (menyerang pribadi pelaku, bukan argumennya) dan Straw Man (membelokkan argumen lawan ke versi yang lemah lalu menyerangnya). Saat seseorang menggunakan cara-cara ini, besar kemungkinan mereka sedang mencoba mengalihkan perhatianmu dari kelemahan argumen mereka sendiri. Kenali polanya, lalu tegaskan, Itu tidak relevan dengan pembicaraan kita, atau, Itu bukan yang saya maksud, tolong jangan dibelokkan.
  5. Gunakan Pertanyaan Lalu Apa? untuk Mengecek Relevansi Terkadang, sebuah informasi memang benar, tetapi tidak relevan atau sengaja dibawa untuk menciptakan narasi tertentu. Tanyakan, Informasi ini benar, tapi lalu apa? Apa kaitannya dengan kesimpulan yang kamu ambil? Misalnya, menyebutkan latar belakang etnis pelaku suatu kejahatan padahal tidak ada kaitannya dengan motif kejahatan tersebut. Logika meminta kita memisahkan antara fakta yang benar dan kesimpulan yang dipaksakan.
Ilustrasi kebohongan. Foto: Web

Dengan melatih kelima langkah ini, kamu tidak hanya menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas, tetapi juga berkontribusi menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat dan jernih. Ingat, tujuan utamanya bukan untuk memenangkan debat, tetapi untuk menemukan kebenaran. (**)

error: Content is protected !!