titastory, Kota Sorong -Kericuhan terjadi di Kota Sorong, Papua Barat Daya, saat warga menolak pemindahan empat tahanan politik (Tapol) yang ditahan sejak 25 Juli 2025.
Keempat Tapol yang berinisial AG, PR, MS dan NM dituduh melakukan makar, dan rencananya akan dipindahkan ke Makasar, Sulawesi Selatan untuk menjalani persidangan.
Warga yang menolak pemindahan Tapol mengamuk sehingga terjadi bentrok antara warga dan aparat, Rabu (27/8/2025).
Dari sejumlah video yang beredar, Solidaritas Rakyat Papua Pro Demokrasi bersama keluarga Tapol telah melakukan aksi damai untuk meminta pembatalan pemindahan yang dinilai tidak memiliki dasar hukum yang jelas, dan membahayakan keselamatan salah satu tapol yang sedang sakit berat.

Namun tuntutan mereka tidak digubris, dan proses pemindahan tetap dilakukan menggunakan mobil Rantis milik Brimod Polda Papua Barat, serta mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan menuju bandara Deo, Kota Sorong.
Situasi memanas telah terjadi sejak pukul 05.15, di depan markas Polresta Sorong. Warga yang mencoba menghadang mobil pengantar Tapol dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian. Kericuhan akhirnya meluas ke beberapa titik, di antaranya: kompleks pertokoan depan Yohan, Jalan Baru, kantor Gubernur.
Seorang warga kota Sorong, Abdul Wahab mendesak pemerintah agar segera turun tangan meredam kericuhan yang sementara terjadi.
“Saat ini masih terjadi aksi saling lempar antara warga dan aparat keamanan. Sehingga pemerintah, Walikota dan Gubernur yang notabene orang Papua harus segera hadir,” ucapnya.
Sementara itu, dalam konferensi pers, Kordinator Solidaritas Rakyat Papua Pro Demokrasi, Simon Nauw mengecam tindakan aparat keamanan yang memperlakukan para Tapol dengan intimidasi.
“Kami sangat mengutuk tindakan aparat yang memperlakukan para Tapol seperti teroris diatas tanahnya sendiri,” tegas Simon.
Dia menyebutkan, pihaknya telah melakukan 13 kali aksi secara damai, untuk mendesak pemerintah dan penegak hukum membatalkan pemindahan, namun tuntutan yang disampaikan tidak digubris.
“Kami bersama keluarga sudah 13 kali melakukan aksi secara baik-baik dan bermartabat tanpa melakukan tindakan kekerasan. Tapi apa yang disampaikan secara demokratis tidak pernah didengarkan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum di Kota Sorong”, pungkasnya.
Hingga saat ini aksi saling lempar dan tembakan gas air mata masih terjadi. Dikabarkan juga seorang warga di kompleks jalan baru mengalami luka akibat terkena tembakan. Informasi yang dihimpun, warga yang tertembak bernama Maikel Welerubun, Warga Jalan Baru, Kota Sorong.
Penulis : Johan Djamamona