titastory, Seram Bagian Timur – Setelah empat tahun hidup dengan gizi buruk tanpa perhatian memadai dari pemerintah, Kelvin Sumatan, bocah berusia 9 tahun asal Desa Dawang, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur, akhirnya mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bula.
Kelvin adalah anak dari pasangan Jakaria Sumatan dan Basaria Lesputi. Hidup dalam keterbatasan membuat keluarganya hanya bisa merawat Kelvin di rumah dengan pengobatan seadanya. Kondisi tubuhnya kian memburuk: kurus, pucat, penuh luka, dan lemah.
“Kami kadang ada, kadang tidak ada (biaya). Jadi terpaksa rawat di rumah saja,” ujar Jakaria lirih kepada wartawan.

Menurutnya, Kelvin sempat dirawat di RSUD Bula pada 2022. Namun kala itu pihak rumah sakit menyatakan kondisinya sudah membaik dan mengizinkannya pulang. Sejak itu, bocah yang tinggal tak jauh dari Puskesmas Teluk Waru—hanya sekitar 30 kilometer dari ibu kota kabupaten—menjalani hari-hari dengan pengobatan tradisional, tanpa perawatan medis berkelanjutan.
Kini, kondisi Kelvin sudah sangat mengkhawatirkan. Direktur RSUD Bula, dr. Denny Suryana, Sp.PK., mengonfirmasi bahwa pasien mengalami gizi buruk berat serta anemia gravis dengan kadar hemoglobin hanya 3,4, jauh di bawah normal.
“Pasien juga mengalami pembekuan sel darah merah akibat perdarahan lama yang tidak tertangani,” kata Denny, Rabu, 20 Agustus 2025.
Selain itu, hampir seluruh tubuh Kelvin dipenuhi luka. Meski sempat diduga kusta, dokter menyebut belum bisa memastikan karena infeksi dalam tubuhnya cukup parah. Saat ini tiga dokter—anak, kulit, dan tulang—diturunkan khusus menangani kondisi Kelvin.
Tak hanya Kelvin, sang adik yang menunjukkan gejala serupa juga langsung dirawat. “Kita putuskan menangani keduanya agar tidak kecolongan seperti kasus Kelvin,” ujar Denny.
Dokter menilai kondisi Kelvin memburuk akibat gabungan antara perdarahan yang lama tak tertangani serta keterbatasan ekonomi keluarga. Ia mengimbau warga agar segera melapor ke puskesmas jika menemukan anak dengan gejala gizi buruk, agar dapat segera ditangani.
“Kasus seperti Kelvin seharusnya tidak boleh lagi terjadi di Seram Bagian Timur,” tegas Denny.
Penulis : Redaksi