titastory, Jenewa— Perundingan hari terakhir Intergovernmental Negotiating Committee (INC-5.2) di Jenewa, Swiss, untuk menyusun perjanjian global mengakhiri pencemaran plastik, kembali menemui jalan buntu. Pleno penutupan yang dijadwalkan Kamis, 14 Agustus 2025, ditunda oleh Ketua INC, Luis Vayas Valdivieso, pada pukul 23.30 waktu setempat.
“Pekerjaan masih berlanjut,” ujarnya singkat sebelum menutup sidang dan menjadwalkan kelanjutan pertemuan pada Jumat, 15 Agustus 2025.
Dini hari, 15 Agustus, Ketua INC merilis draf teks terbaru yang memuat beberapa kemajuan, antara lain pengaturan seluruh siklus hidup plastik sesuai mandat Resolusi UNEA 5/14, kembalinya rujukan chemicals of concern, serta pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat. Draf juga mencantumkan mekanisme pembiayaan baru dan ketentuan pemungutan suara pada Konferensi Para Pihak (COP).

Namun, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menilai teks tersebut masih jauh dari memadai. Senior Advisor Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati, mengatakan draf tidak menyentuh akar persoalan seperti produksi plastik primer dan bahan kimia plastik.
“Produksi plastik sudah melebihi daya dukung planet dan mempengaruhi kesehatan manusia. Teks ini belum cukup kuat melindungi kesehatan publik dan masa depan,” ujarnya.
Hingga kini, masih tersisa 14 halaman dan 120 tanda kurung yang menandakan perbedaan posisi antarnegara. Co-Coordinator AZWI, Nindhita Proboretno, menyebut pasal-pasal yang dinegosiasikan sepekan penuh belum terakomodasi. “Delegasi hanya punya kurang dari 24 jam untuk menyepakati banyak hal,” katanya.

Deputy Director Dietplastik Indonesia, Rahyang Nusantara, menyoroti belum adanya ketentuan mengikat soal reuse/refill. Menurut dia, praktik guna ulang yang berkembang di berbagai negara mampu mengurangi kemasan plastik, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan nilai ekonomi.
AZWI mendesak negara-negara mengambil langkah ambisius: mengurangi produksi plastik global, melindungi kesehatan publik dari bahan kimia berbahaya, dan memprioritaskan pencegahan pencemaran. Tanpa itu, perjanjian ini dinilai akan gagal menjawab akar krisis plastik dan memperpanjang dampaknya bagi generasi mendatang.
Penulis : Edison Waas