titastory, Yogyakarta – Buku berjudul Kakap di Indonesia resmi diluncurkan dalam forum internasional The 5th International Conference on Integrated Coastal Management & Marine Biotechnology (ICMMBT) di Yogyakarta, Kamis, 31 Juli 2025. Buku ini menjadi rujukan ilmiah pertama yang menyajikan eksplorasi komprehensif terhadap 65 spesies kakap di perairan Indonesia.
Buku ini merupakan hasil kerja kolaboratif antara Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Rekam Nusantara (Rekam), yang didedikasikan untuk memperkuat tata kelola perikanan berkelanjutan di Indonesia—khususnya dalam menghadapi tantangan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia berperan penting dalam rantai pasok global sektor perikanan, termasuk menjadi pemasok 43 persen kakap dan kerapu dunia. Namun, tingginya permintaan justru berbanding lurus dengan ancaman terhadap stok ikan akibat overfishing dan pendataan spesies yang tidak akurat.
Tantangan Identifikasi dan Akurasi Data
Menurut FAO, lebih dari 100 jenis kakap diperdagangkan di pasar global. Banyak di antaranya memiliki morfologi serupa, sehingga rawan terjadi salah identifikasi (misidentification) dan kesalahan label (mislabelling). Akibatnya, pengelolaan stok menjadi tidak presisi dan kebijakan konservasi sulit ditegakkan.
Sejak 2015, YKAN melalui program Crew Operated Data Recording System (CODRS) telah mengumpulkan lebih dari tujuh juta data spesimen ikan kakap dan kerapu dari 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI). Data tersebut menjadi fondasi penyusunan buku Kakap di Indonesia serta laporan status stok terbaru kepada Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnas Kajiskan).
Status Stok: Dari Sehat hingga Tangkap-Lebih
Analisis stok ikan kakap dan kerapu disusun bersama BRIN, Ditjen Perikanan Tangkap KKP, dan mitra lainnya, dengan data periode 1990–2023. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi stok bervariasi di tiap WPP, dari yang masih sehat hingga yang mengalami tangkap-lebih (overfishing) dan stok-lebih-tangkap (overfished).
“Laporan ini adalah dasar penting untuk menyusun alokasi kuota tangkap yang adil dan lestari,” kata Glaudy Perdanahardja, Manajer Senior Perikanan Berkelanjutan YKAN.
Senada, Heidi Retnoningtyas, Direktur Fisheries Resource Center of Indonesia (FRCI) Rekam, menyebut laporan ini sebagai bentuk dukungan ilmiah untuk kebijakan pengelolaan yang lebih berbasis bukti dan berpihak pada keberlanjutan.
Dukung Agenda “Pangan Biru” dan PIT Kuota
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Syahril Abd. Rauf, menegaskan pentingnya laporan ini dalam mendukung penerapan kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota.
“Informasi estimasi potensi, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan adalah instrumen kunci dalam PIT,” kata Rauf.
Peluncuran buku Kakap di Indonesia ini juga dinilai selaras dengan tema ICMMBT ke-5: “Blue Food Nexus: Harnessing Solutions for Global Food Security and Ocean Health.”
Tentang YKAN dan Komitmen Jangka Panjang
YKAN adalah organisasi nirlaba berbasis sains yang hadir di Indonesia sejak 2014. Misi utamanya adalah mendorong keselarasan antara alam dan manusia melalui pengelolaan sumber daya alam yang efektif, kolaboratif, dan non-konfrontatif. Proyek buku ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang YKAN, Rekam, dan mitra dalam memperkuat perikanan skala kecil dan laut dalam nasional.
Penulis: Edison Waas