titastory, Ambon – Grup Inangheru Jukulele dari Negeri Hatalai berhasil keluar sebagai juara pertama pada perhelatan Amboina Jukulele Festival tingkat Kecamatan Leitimur Selatan (Letisel), Kota Ambon. Festival yang digelar di Ruang Kelas SMP Negeri 8 Ambon, Selasa, 22 Juli 2025, ini menjadi ajang seleksi untuk mencari tiga grup terbaik yang akan mewakili kecamatan di tingkat kota.
Dengan perolehan 675 poin, Inangheru Jukulele tampil memikat lewat lagu wajib “Toma Maju” dan lagu pilihan “Waktu Hujan Sore-Sore”, dibawakan dengan aransemen sesuai partitur. Busana biru putih dan denting senar yang menyatu apik dengan harmoni akor menjadikan mereka unggul di mata para juri.
Di posisi kedua, grup Lopurissa dari Negeri Rutong meraih 665 poin, disusul oleh grup Huaressy dari Negeri Ema dengan 662 poin. Ketiga grup ini akan bertanding kembali di panggung utama tingkat Kota Ambon dalam waktu dekat.

Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena, dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Selly Kalahatu, menyampaikan bahwa festival ini bukan semata ajang kompetisi, namun juga sarana untuk mengembangkan kreativitas generasi muda dalam bermusik.
“Festival ini menjadi medium untuk membangun karakter positif, meningkatkan aspek kognitif dan motorik, serta menjaga keberlanjutan Kota Ambon sebagai kota musik dunia,” ujar Wattimena.
Festival Jukulele merupakan inisiasi Tim Penggerak PKK Kota Ambon bekerja sama dengan Ambon Music Office (AMO). Kegiatan ini telah digelar dua kali sejak 2023 dan terus dikembangkan untuk memperkuat posisi Ambon sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO bidang musik.
Wattimena juga mengingatkan pentingnya pelestarian identitas budaya dan nilai-nilai lokal.
“Menang atau kalah itu biasa. Yang utama adalah semangat untuk melestarikan budaya dan jati diri orang Ambon dalam dunia musik,” tambahnya.
Jukulele Sebagai Simbol Budaya Musik Ambon
Ketua TP-PKK Kota Ambon Lisa Wattimena dalam sambutannya menyebut bahwa alat musik jukulele, meskipun berakar dari Hawaii, kini telah mengalami akulturasi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika musik tradisional Maluku.
“Jukulele kini tidak hanya dimainkan secara informal, tapi juga hadir di berbagai acara resmi. Kami berharap para peserta terus mengasah talenta dan menjadikan musik sebagai cara melestarikan budaya,” ujar Lisa.
Tahun ini, delapan grup ikut berpartisipasi dalam seleksi tingkat kecamatan Letisel. Sementara dua negeri, Kilang dan Naku, tidak mengirim perwakilan.
Festival tingkat kota akan menjadi babak penting untuk memilih grup terbaik yang akan tampil di event musik yang lebih besar sebagai representasi Kota Ambon.
Reporter: Edison Waas Foto: Dokumentasi Edison Waas