Aksi Demo Damai Didepan Kedubes RI di Denhaag, Pertanyakan Makam Dr CHR Soumokil

by
14/04/2021
Puluhan Warga Belanda keturunan Maluku, menggelar aksi demo damai di depan kedutaan Besar RI di Denhaag Belanda, Senin (12/4/ 2021) waktu setempat. foto : istimewa

DENHAAG,- Puluhan Warga Belanda keturunan Maluku, menggelar aksi demo damai di depan kedutaan Besar RI di Denhaag Belanda, Senin (12/4/ 2021)  waktu setempat.

Aksi ini dilakukan dalam rangka memperingati hari kematian pendiri Republik Maluku Selatan (RMS), Dr.Christiaan Robbert Steven Soumokil yang  dieksekusi oleh TNI pada 12 April 1966 silam di kepulauan Seribu.

Kematian Presiden ke-2 RMS ini kemudian diperingati  oleh warga Maluku keturunan Belanda sebagai hari pahlwan.  Desakan agar  pemerintah Indonesia  menunjukkan lokasi dari makam   CHR. Soumokil  juga masih terus dilakukan. Keberadaan makam pendiri RMS  yang dilabel separatis oleh pemerintah ini  juga masih menjadi misteri. Dalam aksinya, pendemo   membawa bendera RMS dan menyampaikan orasi terkait dengan  beberapa isu.

Diantaranya dugaan pelanggaran HAM yang  terjadi di Maluku, mempertanyakan tentang keberadaan kuburan alm. Dr. CHR. Soumokil dan mendesak agar aktivis/simpatisan RMS yang ditangkap karena mengibarkan bendera RMS di Maluku, segera dibebaskan.

“Kita tidak akan pernah melupakan pengorbanan presiden Soumokil  dan ribuan pejuang kemerdekaan yang gugur. Oleh karena itu tanggal 12 April adalah hari kita memperingati mereka. Mr. Dr. Christian Soumokil, Presiden Republik Maluku Selatan yang kedua, diregu tembak oleh Indonesia, tanpa persidangan yang adil  dan di eksekusi,”sebut Mr. Abe Sahetapy dalam releasenya kepada media,  belum lama ini.

Dia juga menjelaskan, aksi ini   sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada semua pejuang yang telah  gugur dan mengorbankan hidupnya untuk memperjuangkan keadilan bagi Maluku. Selain itu, sebagai bentuk dukungan terhadap beberapa masyarakat Maluku yang ditahan hanya karena mengibarkan bendera RMS oleh otorita keamanan setempat.

Dia meminta agar pemerintah Indonesia bertindak adil terhadap masyarakat Maluku. Penangkapan ini   dia sebut sebagai bentuk ketakutan dari aparat keamanan,  dalam upaya mencegah pengibaran bendera RMS pada HUT RMS yang  dirayakan 25 April 2021 mendatang.

“Menjelang tanggal 25 April hari proklamasi Republik Maluku Selatan , de facto en de jure, warga dilecehkan , ditempatkan  di bawah tahanan rumah, diancam  atau bahkan ditangkap oleh tentara Indonesia TNI Semua ini untuk mencegah rakyat Maluku menunjukkan simpati mereka secara massal pada tanggal 25 April,”kecamnya

Pendemo menyebutkan, apa yang dialami oleh para aktivis politik adalah merupakan pelanggaran HAM.

Pencaplokan  ilegal kata mereka, masih telah berlangsung selama lebih dari 70 tahun di Maluku. Kondisi ekonomi Maluku yang miksin ditengah sumber kekayaan alam yang melimpah juga disoroti.

Sahetapy juga mendesak pemerintah Indonesia untuk  memberitahukan keberadaan makam Dr. Soumokil kepada Ny. Soumokil dan anaknya Thomy yang diasingkan di Belanda.

“Kita tidak pernah melupakan pengorbanan presiden Soumokil dan ribuan pejuang kemerdekaan yang telah gugur. Oleh  karena itu 12 April adalah hari yang semua pejuang kemerdekaan melawan penindisan oleh kolonialisme Belanda dan  aneksasi ilegal oleh Indonesia, diperingati setiap tahun,”tegasnya.

Aksi protes serupa juga dilakukan didepan kantor Kedutaan Besar RI di  New York Amerika Serikat. (redaksi)

error: Content is protected !!