titastory.id, maluku Tengah – Karena harga jual yang tidak sesuai harapan, sebagian petani holtikultura, khususnya petani tomat di Kecamatan Seti, Kabupaten Maluku Tengah, memilih untuk tidak melakukan panen dan membiarkan tanaman mereka mengering di ladang.
Kondisi ini dialami oleh petani di Desa Trans Seti Bakti, Kecamatan Seram Utara Timur Seti. Salah satu petani, Budiono, mengatakan bahwa harga tomat di tingkat tengkulak hanya dihargai Rp 1.000 per kilogram, yang jauh di bawah biaya produksi.
“Harga tomat dari kami hanya dihargai Rp 1.000 per kilogram. Ini tidak seimbang dengan biaya yang kami keluarkan untuk menanam, sehingga kami tidak mendapatkan keuntungan,” ujar Budiono saat ditemui di ladangnya pada Kamis (5/9/2024) pagi.
Budiono menjelaskan, anjloknya harga disebabkan oleh melimpahnya stok tomat di wilayah sentra produksi, sehingga nilai jual turun drastis. Sebelumnya, harga tomat mencapai Rp 18.000 per kilogram, namun kini hanya Rp 1.000 per kilogram di pasaran.
Senada dengan Budiono, Kuatno (59), petani lain di daerah tersebut, membenarkan bahwa harga jual musim ini sangat rendah dibandingkan musim panen sebelumnya. Hal ini terjadi karena produksi tomat yang tinggi tidak diimbangi dengan kebutuhan pasar.
“Karena banyak petani yang menanam tomat, stok di pasar jadi berlebihan, jadi tidak ada yang membeli,” ungkap Kuatno.
Dia menambahkan, dalam kondisi seperti ini, petani terpaksa membiarkan tanaman mereka mengering dan membusuk di ladang. Kadang-kadang, hasil panen dibagi-bagikan kepada tetangga yang membutuhkan.
“Kalau ada tetangga yang membutuhkan, ya kami beri. Tapi kalau tidak, ya kami biarkan saja tidak dipanen,” tambahnya.
Kuatno berharap pemerintah dapat menangani permasalahan ini dengan menjalin kerja sama antara pemerintah dan petani melalui pasar yang bermitra langsung dengan petani. Ia juga berharap pemerintah dapat menyediakan target pasar untuk hasil panen petani.
“Solusi ke depan, pemerintah bisa menyediakan tempat pengolahan yang dapat menyerap hasil pertanian dari petani, seperti tomat. Ketika harga anjlok, minimal pemerintah bisa hadir membeli hasil kami dengan harga yang setidaknya mengembalikan modal,” harapnya.