TITASTORY.ID, – Intelektual muda Maluku, Ikhsan Tualeka, yang dikenal kritis pada berbagai isu di daerah ini, menandai HUT 77 Indonesia dengan menerbitkan buku “Politik Kreatif – Maluku Menggugah”. Soft launching buku akan diadakan akhir Agustus di Ambon.
Sementara grand launching buku rencananya akan diadakan di Perpustakaan Nasional Jakarta, yang dirangkai dengan diskusi bertajuk sama dengan judul buku, yakni: “Maluku Menggugah”, menghadirkan sejumlah tokoh dan pimpinan organisasi berbasis masyarakat Maluku.
“Alasan utama menulis buku ini, karena ada banyak tuntutan, maupun gugatan yang dapat diajukan, melihat realitas berbangsa dan bernegara hari ini,” jelas Ikhsan.
Apa yang belakangan ini mengemuka di Papua dan juga di Maluku yang notabene dihuni oleh ras Melanesia, jelas dia, menunjukan adanya kekecewaan politik yang mesti dikelola dengan lebih arif dan responsif.
Menurut Ikhsan, perspektif berkebangsaan yang hidup dalam setiap kepala generasi hari ini, mesti dapat disikapi dengan proporsional dan objektif. Karena semua yang terjadi tidak dengan serta-merta, namun lahir dan tumbuh dari berbagai anomali, paradoks serta ketimpangan yang terus mengemuka.
Dalam ketidakpastian dan tidak menguntungkan sebagian pihak, lanjut dia, memaksa situasi seolah-olah ada pada posisi normal atau on the right track, apalagi dengan cara menindas, menggunakan kekerasan, dipenuhi praktik ketidakadilan dan diskriminasi serta minus kepekaan sosial harus segera dihentikan.
“Formula baru perlu dirumuskan, guna menjamin integrasi nasional dalam rentang waktu yang panjang,” harapnya.
Itu artinya, kata Ikhsan, negara harus lebih inklusif, yakni menempatkan negara dalam memahami masalah atau realitas kekinian dengan cara pandang atau setidaknya turut mewakili perspektif berbagai kelompok anak bangsa ‘yang kecewa’.
“Sementara itu, menyikapi political discontent atau kekecewaan politik yang dirasakan dan terus menyeruak di kawasan timur Indonesia, terutama di Maluku, upaya atau perjuangan politik harus terus dilakukan oleh masyarakat sipil, aktivis maupun para politisi,” ajaknya.
Antara lain Ikhsan dalam bukunya menawarkan pendekatan politik yang kreatif atau Politik Kreatif. Politik Kreatif adalah semua aktivitas atau gerakan politik dengan menggunakan pendekatan yang kreatif.
Adapun praktik dan aktualisasinya dalam buku Maluku Menggugah ditulis bisa meliputi; penggunaan konten kreatif seperti narasi, satire dan jargon; penggunaan alat peraga, simbol dan gimik; dan penggunaan media sosial sebagai medium distribusi pesan yang efektif.
Politik Kreatif di era majunya teknologi digital tidak saja dapat membuat dampak maupun pengaruh dari satu upaya atau gerakan politik semakin luas dan besar, tapi juga meminimalisir political cost atau ongkos politik.
Melalui pendekatan yang kreatif, langkah politik, setidaknya dalam upaya mainstreaming satu isu atau kepentingan politik bisa jauh lebih efektif dan efisien.
Sementara pada kata pengantar buku, Usman Hamid Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia mengapresiasi buku yang ditulis Ikhsan.
Usman mengatakan buku itu adalah refleksi kegelisahan seorang pemuda Maluku. Kegelisahan yang telah dirasakan turut-temurun, dari generasi ke generasi.
Kegelisahan tentang realitas kehidupan yang paradoks itu. Ia menjadi gelisah atas berjaraknya harapan dan realitas dalam kehidupan masyarakat Maluku.
Paradoks yang membuatnya bertanya mengapa di tanah yang subur dan kaya, kehidupan manusianya justru mencatat statistik yang tinggi soal kemiskinan, gizi buruk, pengangguran, hingga kematian ibu dan bayi. Kalaupun ada yang rendah, justru ada pada indeks pembangunan manusia mereka.
Usman percaya, buku ‘Maluku Menggugah’ dapat memberikan sumbangsih dan memicu berlangsungnya percakapan lebih lanjut tentang Maluku yang indah, lestari alam dan keanekaragaman hayatinya, serta adil, merdeka, dan sejahtera manusianya. (TS 02)
Discussion about this post